Jumat 05 Jun 2015 14:19 WIB

Pakar: Bencana Ancam Kualitas Kehidupan Keluarga dan Individu

 Muslimah Aceh menitikkan air mata saat mengikuti zikir dan doa pada peringatan sembilan tahun bencana gempa dan tsunami 26 Desember di, Banda Aceh.
Foto: Antara/Ampelsa
Muslimah Aceh menitikkan air mata saat mengikuti zikir dan doa pada peringatan sembilan tahun bencana gempa dan tsunami 26 Desember di, Banda Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Membangun ketangguhan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi bencana mutlak dilakukan. Alasannya, kata Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (Fema IPB) Prof Dr Euis Sunarti, ancaman besarnya gangguan bencana (alam dan sosial) terhadap kualitas kehidupan keluarga dan individu.

Euis dalam siaran persnya yang diterima Republika Online, Jumat (5/6) memaparkan, Indonesia merupakan negara sangat rawan bencana. Tak hanya itu, Indonesia bahkan dikenal dengan negeri laboratorium bencana, karena terletak di jalur vulkanik (ring of fire) juga berada di kerak bumi yang aktif. Kondisi ini ditandai tiga hingga lima patahan lempeng bumi bertemu bertumbukan dan menyebabkan pergerakan wilayah Indonesia yang dinamis. 

Menurut Prof Dr Euis Sunarti, hasil analisis risiko bencana menunjukkan besarnya wilayah Indonesia yang terkategori berisiko tinggi dan sangat tinggi terhadap beberapa jenis bencana, sehingga secara otomatis menunjukkan besarnya keluarga yang rentan terkena bencana.

Gempa bumi risiko tertinggi ada di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Tsunami risiko tertinggi di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Gunung api risiko tertinggi ada di Jawa, Sumatera dan NTT. Longsor risiko tertinggi ada di Sumatera, Sulawesi, dan Jawa. Kekeringan risiko tertinggi ada di Jawa dan Sumatera. Banjir risiko tertinggi ada di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Erosi risiko tertinggi ada di Jawa, Sulawesi dan Sumatera.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement