Jumat 05 Jun 2015 07:05 WIB

Fenomena Cacing Tanah Bukti Masyarakat Waspada Gempa

Gempa bumi (ilustrasi)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Gempa bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta menilai fenomena cacing yang keluar dari tanah di Kabupaten Bantul yang sempat dihubungkan terjadinya bencana gempa bumi merupakan bukti suatu kearifan lokal masyarakat terhadap kewaspadaan dini gempa.

"Dari sisi positifnya, itu merupakan kearifan lokal masyarakat. Warga teringat gempa 2006, yang memang seminggu sebelum peristiwa juga sempat muncul fenomena tersebut," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Gatot Saptadi, Kamis.

Menurut dia, pada sisi lain munculnya kabar itu juga memberikan dampak negatif. Dalam segi psikologisnya, masyarakat tidak harus menanggapinya secara berlebihan.

"Diharapkan juga masyarakat jangan kemudian terlalu berlebihan menanggapi fenomena tersebut," katanya.

Ia mengatakan, bencana gempa memang sulit dideteksi gejala awalnya. Untuk mengantisipasi risikonya jika sewaktu-waktu terjadi, dengan memberikan pembekalan kepada masyarakat berupa mitigasi.

"Tidak hanya dalam penanganan atau mitigasinya, tapi kami juga memperkuat mental masyarakat agar rasa takut, kekhawatiran akan bencana, bisa berkurang. Berbagai pihak dilibatkan," katanya.

Fenomena cacing yang keluar dari tanah beberapa hari terakhir lalu sempat membuat panik warga di Bantul. Muncul isu yang tersebar di masyarakat, akan terjadinya peristiwa gempa besar.

Kepala Seksi Observasi Stasiun Geofisika, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Bambang Subagyo mengatakan, selama ini masih belum ada penelitian yang bisa membuktikan gejala awal terjadinya gempa.

"Tanda-tandanya akan terjadi gempa itu belum jelas," katanya.

Menurut dia, pada 2015, BMKG Yogyakarta telah mencoba melakukan penelitian terhadap hal tersebut. Yaitu dengan pemasangan dua alat di daerah Pundong serta Piyungan, Kabupaten Bantul.

"Alat bernama Prekursor itu dipasang awal 2015 kemarin. Ini masih dalam taraf penelitian. Alat tersebut dipasang dengan ditanam di dalam tanah di kedalaman seratus meter. Untuk mengetahui pergerakan tanah, serta perubahan lainnya, seperti suhunya dan gas racunnya," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement