REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Dewan Pimpinan Pusat Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (DPP ASITA) Asnawi Bahar berpendapat jika pemerintah mengeluarkan travel warning waspada Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang sedang melanda Korea Selatan (Korsel), akan berpengaruh negatif terhadap usaha pariwisata di Indonesia.
"Kami sudah bertemu dengan Menteri Kesehatan dan Menteri Pariwisata membahas wabah MERS di Korsel. Antisipasi agar MERS tidak masuk ke Indonesia, kemungkinan dengan mengeluarkan larangan kunjungan ke Korsel untuk sementara," tutur Asnawi usai membuka Rapat Kerja II DPD ASITA Sumatra Barat (Sumbar) di Padang, Kamis (4/6).
Menurutnya, untuk mencegah masuknya MERS ke Indonesia, kemungkinan yang dapat dilakukan pemerintah berujung pada pengeluaran larangan berkunjung atau travel warning, dari atau menuju Korea Selatan.
Ia menjelaskan, pengaruh negatif yang dirasakan, yaitu mengganggu jadwal tur. Apalagi, ujar dia, berdasar pantauan ASITA, hampir 90 persen wisatawan Korea yang berlibur ke Indonesia, menggunakan jasa tour and travel.
"Ketika ada wabah MERS, tentu memungkinkan terjadi pengunduran, bahkan pembatalan jadwal tour mereka ke Indonesia," kata dia.
Namun, Asnawi mengatakan, anggota ASITA dapat memahami kondisi tersebut. Sebab, ujar dia, pemerintah pasti mendahulukan keamanan negara dari kemungkinan tertular MERS.
Diketahui, saat ini sejumlah sekolah di Korea Selatan diliburkan karena khawatir anak-anak tertular MERS. Menurutnya, jika membiarkan turis dari Korea sembarangan masuk, dikhawatirkan Mers justru menular ke Indonesia.
"Larangan kunjungan itu bisa dipahami, tetapi tetap saja akan memberikan pengaruh negatif pada usaha pariwisata, dalam jangka waktu pendek," ungkapnya menambahkan.