Kamis 04 Jun 2015 19:03 WIB

Pembengkakan Biaya MRT tak Terhindari

Rep: C11/ Red: Indira Rezkisari
Aktivitas pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, Jumat (8/5).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Aktivitas pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, Jumat (8/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT), Dono Boestami, mengakui pembengkakan biaya proyek MRT memang tak dapat dihindarkan. Sejak mulai dibangun sejak 2013 lalu, biaya MRT ditaksir telah melambung.

"Karena proyek ini rancang bangun, jadi ada yang tidak bisa dihindarkan. Bukan karena kelebihan biaya tapi ada peraturan-peraturan dan tambahan-tambahan yang harus dipenuhi," kata Dono di Jakarta, Kamis (4/6).

Sebelumnya dikabarkan pembengkakan MRT ditaksirkan mencapai Rp 1,3 trilun. Dono menyebutkan ada beberapa faktor yang kemungkinan membuat proyek MRT menjadi lebih besar. "Sekarang ini bisa saja itu karena kesalahan kontraktor. Bisa juga karena permintaan dari pemilik. Banyak faktor," ujar Dono.

Seperti diketahui, terdapat dua koridor MRT yang akan dibangun, yakni koridor Selatan menuju Utara dan Timur ke Barat. Untuk koridor selatan terdapat 21 stasiun MRT, sedangkan koridor timur terdapat 48 stasiun.

Pembangunan ditargetkan akan rampung pada 2018 untuk koridor Selatan menuju utara tahap pertama. Pada tahap pertama terdapat 13 stasiun MRT yang menyambungkan antara Lebak Bulus menuju Bundaran Hotel Indonesia. Diantaranya, Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Sisingamangaraja, Bundaran Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran HI.

Dan jalur yang dibangun untuk tahap pertama berbeda, ada yang menggunakan jalur bawah tanah dan ada pula yang menggunakan jalaur layang. Untuk jalaur bawah tanah yakni dari Bundaran Senayan sampai Bundaran HI dengan panjang 5,9 kilometer. Sementara untuk jalur layang yakni dari stasiun Lebak Bulus menuju Sisingamangaraja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement