Sabtu 30 May 2015 22:40 WIB

Ini Alasan Pentingnya Perhatian kepada Pelajar Terkait Rokok

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kampanye antirokok.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Kampanye antirokok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan analisa hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey 2014. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 Indonesia mendapatkan bahwa 18,3 persen pelajar kita sudah punya kebiasaan merokok. Secara rinci, 33,9 persen laki-laki dan 2,5 persen perempuan.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Adiatama menjelaskan, GYTS tahun 2014 dilakukan pada pelajar tingkat SLTP berusia 13 - 15 tahun.  Data perokok rata-rata masyarakat Indonesia (usia 15 tahun ke atas) tercatat sekitar 30 persen.

Menurutnya, banyak perhatian diberikan pada merokok pada kaum muda, karena tiga hal. Pertama, sebagian besar perokok memulai kebiasaannya pada masa remaja.

Sehingga kalau mau dilakukan intervensi maka memang harus dilakukan pada masa remaja. Kedua, kaum muda pada tingkat tertentu masih mencari jati diri, dan bukan tidak mungkin menganggap kebiasaan merokok berhubungan dengan kematangan, kedewasaan dan kesan cantik dan ganteng .

Ketiga, kalau seseorang mulai merokok sejak di bawah 20 tahun misalnya, maka pada saat mereka berumur 40 - 50 tahun dimana sedang dalam puncak aktivitas kariernya maka mungkin akan sudah mengalami gangguan kesehatan akibat asap rokok. Data penelitian tersebut dirilis dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia setiap 31 Mei. Asap rokok yang mengandung sekitar 4.000 bahan kimia dan berhubungan dengan setidaknya 25 penyakit di tubuh manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement