REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan analisa hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey 2014. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014 Indonesia mendapatkan bahwa 18,3 persen pelajar kita sudah punya kebiasaan merokok. Secara rinci, 33,9 persen laki-laki dan 2,5 persen perempuan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Adiatama menjelaskan, GYTS tahun 2014 dilakukan pada pelajar tingkat SLTP berusia 13 - 15 tahun. Data perokok rata-rata masyarakat Indonesia (usia 15 tahun ke atas) tercatat sekitar 30 persen.
"Artinya dengan bertambahnya umur maka persentase perokoknya terus meningkat. Hal itu juga berarti bila dapat menekan kebiasaan merokok pada kaum muda atau pelajar maka dapat diharapkan angka perokok pada dewasa dapat dikendalikan lebih baik," terangnya di Jakarta, Sabtu (30/5).
Menurutnya, dalam hal itu, Program penanggulangan merokok di lingkungan sekolah punya peran cukup besar. Hal itu diimplementasikan melalui larangan guru dan murid merokok di lingkungan sekolah. Serta larangan penjual rokok disekitar sekolah dan juga ada pengetahuan tentang rokok yang diajarkan pada siswa sekolah.
Di sisi lain, data GYTS 2014 tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar perokok pelajar ini masih merokok kurang dari lima batang sehari. Tapi, ternyata 11,7 persen perokok pelajar laki dan 9,5 persen pelajar perempuan sudah mulai merokok sejak sebelum usia 7 tahun.