REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Saat ini, Stasiun Besar Bogor hanya menyediakan layanan Kereta Rel Listrik (KRL). Pihak stasiun daerah Bogor belum memungkinkan untuk menjalankan Kereta Api Jarak-Jauh.
"Di Bogor ada 175 KRL yang dipergunakan setiap harinya dari Kota Bogor," ujar Wakil Kepala Stasiun Bogor, Herry Susanto kepada ROL, Jumat (29/5).
Di Bogor sendiri ada stasiun Paledang, jarak tempuh paling jauh ke arah Selatan hanya sampai ke Sukabumi dan Cianjur. Namun, sekarang sedang proses perbaikan prasarana agar bisa mencapai Padalarang, Bandung. Prasarana tersebut termasuk rel Kereta Api yang masih dalam perbaikan. "KRL berbeda dengan Kereta Api jarak-jauh, karena menggunakan lokomotif (bahan bakar sejenis solar)," tandasnya.
Namun untuk penumpang mudik jarak-jauh dapat transit ke Jakarta terlebih dahulu. Karena hanya stasiun Jakarta saja yang melayani perjalanan Kereta Api keluar Jabodetabek. Stasiun jarak-jauh tersebut antara lain adalah stasiun Jakarta Kota, Gambir, Pasar Senen, dan Tanah Abang.
Menurutnya stasiun Kota Bogor, belum dapat dijadikan stasiun jarak-jauh. Karena frekeuensi pengguna jasa KRL dalam sehari mencapai 45.000 orang, sedangkan di akhir pekan bisa mencapai 50.000 orang.
"Untuk saat ini Bogor belum butuh stasiun yang keluar Jawa, karena tingkat kapasitas sudah sangat padat," ucapnya.
Stasiun Besar Bogor, adalah stasiun pemberangkatan awal untuk KRL tujuan Jakarta-Kota, Tanah Abang, Duri, Jatinegara, dan lain-lain. Antara stasiun Kota Bogor dengan stasiun Paledang memiliki perbedaan dari sumber energinya.
Jika Kereta Api Lokomotif (Kereta Api Paledang-Cianjur) bisa menggunakan jalur stasiun Bogor, namun KRL Kota Bogor tidak bisa menggunakan jalur Sukabumi. Hal tersebut disebabkan karena rel tenaga listrik belum ada di jalur Paledang ke Cianjur.
Herry kemudian mengutarakan jika stasiun Paledang dijadikan stasiun jarak-jauh kurang efektif karena jalurnya berputar-putar. Dari Bogor ke Bandung sendiri bisa memakan waktu sampai enam jam. Kemudian masalah lonjakan pendatang baru nanti setelah lebaran di Jakarta, dia menuturkan, "Harus ada data yang valid," kata dia,