Kamis 28 May 2015 09:28 WIB

Ponpes Miftahul Huda Alhusna Ingin Tampung Pengungsi Rohingya

Rep: c10/ Red: Agus Yulianto
Imigran etnis Rohingya dan Banglades belajar membaca dan menulis di tempat pengungsian sementara Desa Bayeun, Kecamatan Rantoe Seulamat, Aceh Timur, Aceh, Selasa (26/5).
Foto: Antara/Syifa
Imigran etnis Rohingya dan Banglades belajar membaca dan menulis di tempat pengungsian sementara Desa Bayeun, Kecamatan Rantoe Seulamat, Aceh Timur, Aceh, Selasa (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Ratusan santri dari pondok pesantren (Ponpes) Miftahul Huda Alhusna Kota Tasikmalaya menggelar doa bersama dan penggalangan dana untuk pengungsi Rohingya pada Rabu (27/5) malam. Kegiatan tersebut mereka lakukan sebagai bentuk solideritas sesama umat muslim. Bahkan mereka juga mengaku siap menyediakan tempat bagi pengungsi Rohingya.

"Seandainya pemerintah Indonesia mengijinkan, kami siap menampung pengungsi Rohingya di pondok pesantren ini," kata Pimpinan Ponpes Miftahul Huda Alhusna, Haji Habib Muslim kepada Republika, Kamis (28/5).

Habib Muslim mengatakan, ia bersama para santrinya siap membantu umat muslim. Jika suatu saat pemerintah Indonesia siap melegalkan identitas kependudukan umat muslim Rohingya, ia bersedia menyediakan tempat untuk menampungnya. Meski tidak semua pengungsi Rohingya dapat ditampung.

Dewan Pengajar Ponpes Miftahul Huda Alhusna, Ujang Surahman menjelaskan, kegiatan doa bersama di gelar di halaman Ponpes Miftahul Huda Alhusna di Jalan Raya Sukarindik, Kota Tasikmalaya. Kegiatan tersebut sebagai bentuk keprihatinan dan rasa simpati terhadap umat muslim. Selain itu, telah disampaikan kepada seluruh santri untuk melaksanakan penggalangan dana. Setelah terkumpul dana tersebut akan disampaikan ke pengungsi Rohingya.

Ujang melanjutkan, secara institusi mereka siap menampung pengungsi Rohingya. Tapi mereka juga membutuhkan kerjasama dengan pemerintah Indonesia terkait melegalkan para pengungsi menjadi warga negara Indonesia (WNI). Menurutnya, melegalkan para pengungsi harus dilakukan agar tidak timbul permasalahan baru.

Menurut Ujang, ia juga mengukur kavasitas dan kemampuan Ponpes saat ini, jadi tidak semua pengungsi dapat ditampung secara langsung. Kendati tidak mungkin semua pengungsi ditampung, tapi ia bersama para santri akan meniru yang telah dilakukan sahabat Anshar ketika menyambut sahabat Muhajirin.

Ujang menegaskan, ia bersama para santri berharap pemerintah Indonesia menindak permasalahan yang menimpa umat muslim Rohingya dengan cepat, tanggap dan serius. Pemerintah Indonesia seharusnya menyatakan sikap agar mendapat perhatian dari dewan keamanan PBB atau dari pihak terkait lain. "Dengan desakan yang dipelopori pemerintah Indonesia, permasalahan yang menimpa muslim Rohingya terselesaikan," ujar Ujang.

Menanggapi permasalahan pengungsi Rohingya yang saat ini ada di Aceh. Habib Muslim mengatakan, sebaiknya pemerintah Indonesia membuka mata dan mata hati. Orang asing dapat masuk dan diterima Indonesia. Saat ini pengungsi Rohingya yang tidak memiliki tempat sudah seharusnya dapat diterima juga. Ia menegaskan, setiap manusia mempunyai hak untuk tinggal dimuka bumi.

"Ingat nasib bergulir, bagaimana jika Indonesia yang mengalami nasib seperti pengungsi Rohingya," ujar Habib Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement