REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menanggapi beberapa pesantren yang siap menampung warga Rohingya, sepertinya harus menunggu keputusan dari pemerintah terlebih dahulu. Pasalnya, saat ini seluruh warga Rohingya masih dalam proses identifikasi.
“Hari minggu kemarin saya ke Aceh Timur, di sana masih terus dilakukan identifikasi di masing-masing tempat penungsian,” ujar Mentri Sosial Khofifah Selasa (26/5).
Proses identifikasi ini dilakukan dengan cara membagikan form ke kordinator masing-masing pengungsian. Dari form tersebut maka akan diketahui siapa saja warga Bangladesh yang akan segera dipulangkan, dan siapa saja warga Rohingya yang akan ditindaklanjuti bantuannya.
Khofifah yakin dalam kondisi seperti itu, mereka membutuhkan pengasuhan di tempat yang lebih kondusif.
“Kita harus memisahkan antara keseluruhan dari pengungsi dengan spesifikasi kebutuhan mereka. Khususnya untuk anak-anak yatim piatu yang tidak ada anggota keluarga mereka,” ujar Mensos yang mulai menjabat sejak 27 Oktober 2014.
Menurut Khofifah, dilakukannya proses identifikasi ini selain untuk memisahkan antara warga Rohingya dan warga Banglades adalah untuk memberikan bantuan sesuai dengan spesifikasi kebutuhan warga Rohingya. Misalnya, para orang tua atau yang lanjut usia, dibutuhkan keterangan apakah mereka datang dengan anak, istri, cucu, atau hanya seorang diri. Sedangkan pada anak-anak juga dilakukan hal yang sama.
“Saya tanya pada anak-anak itu, orang tuanya di mana? Meninggal. Ada kakek-nenek yang ikut, atau om tante yang ikut? Tidak ada,” kata Khofifah mempraktekkan kembali hasil surveinya pada anak-anak Rohingya.
Pada kondisi seperti itu, Khofifah mengatakan jika mereka, anak-anak yatim, piatu, dan tanpa ada satupun anggota keluarga mereka, maka perlu diberikan tempat khusus yang kondusif. Sedangkan untuk anak-anak yang masih memiliki anggota keluarga sebaiknya tetap berkumpul dengan anggota keluarga mereka.
Maka, setelah tahap identifikasi selesai, ditentukanlah di mana mereka akan tinggal. Apakah di panti asuhan milik kementrian sosial atau di rumah perlindungan sosial anak (RBSA). “Panti asuhan kami juga sudah siap menampung mereka,” ujar Khofifah meyakinkan