Selasa 26 May 2015 21:31 WIB

Angka Pengangguran Sleman Tertinggi di DIY

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang pencari kerja mengisi pendaftaran di salahsatu stand perusahaan saat bursa kerja di auditorium Universitas Panca Sakti, Tegal, Jateng. Angka pengangguran di Indonesia sangat tinggi, lebih dari 7 juta orang.
Foto: ANTARA
Seorang pencari kerja mengisi pendaftaran di salahsatu stand perusahaan saat bursa kerja di auditorium Universitas Panca Sakti, Tegal, Jateng. Angka pengangguran di Indonesia sangat tinggi, lebih dari 7 juta orang.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengangguran di Kabupaten Sleman masih menjadi yang tertinggi se-DIY. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Untoro Budiharjo saat ditemui di kawasan Pendopo Parasamya, Kantor Pemkab Sleman, Selasa (26/5).

"Ya kita masih jadi yang tertinggi di DIY," tegasnya. Ia meturkan jumlah pengangguran di Sleman saat ini sebanyak enam persen dari total penduduk angkatan kerja. Untoro beralasan, tingginya angka tersebut disebabkan oleh banyaknya perguruan tinggi di Sleman.

Berdasarkan data Disnakersos Sleman, pada 2014 ada angkatan kerja sejumlah 560.772 orang. Dari jumlah itu yang menganggur serta pencari kerja sebanyak 34.601 orang (6,74 persen). Jumlah pengangguran didominasi oleh lulusan sarjana, 1.690 orang. Sedangkan lulusan SMA/SMK, 1.310 orang.

Menurut Kepala Bidang Tenaga Kerja Disnakersos Sleman, Sutiasih, jumlah lapangan kerja masih belum mampu menyerap seluruh penduduk usia kerja.  Saat ini total perusahaan di Sleman ada 1.264 unit. Namun begitu, berbagai langkah tetap dilakukan untuk membantu penempatan para pencari kerja.

Sutiasih menambahkan penempatan tenaga kerja yang berhasil dilaksanakan paling banyak untuk tingkat SMA/SMK. Pada 2014 misalnya, ada 3.500 lulusan SMA/SMK yang berhasil ditempatkan di perusahaan lokal di DIY maupun lintas provinsi. Karena perusahaan lebih banyak membutuhkan SDM lulusan SMA/SMK untuk menjadi operator di perusahaan produsen barang elektronik.

Adapun penempatan kerja antara negara hanya dilakukan untuk pekerjaan formal. "Misalnya menjadi operator di pabrik di Malaysia. Kami tidak menyalurkan pembantu ya. Karena itu akan sulit dikontrol,” ucap Sutiasih di ruang kerjanya.

Pasca kelulusan sekolah ini,  biasanya para pencari kartua AK 1 atau kartu kuning sebagai pencari kerja meningkat. Namun sekarang belum ada peningkatan signifikan. Karena ijazah belum diserahkan pada para lulusan.

Tapi Sutiasih mengemukakan, tidak semua lulusan sekolah berada dalam status pencari kerja. Sebab ada yang berwirausaha dan melanjutkan pendidikan jenjang lebih tinggi.

Menanggapi hal ini Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman, Arif Haryono menjelaskan, selama ini lulusan yang langsung masuk ke dunia kerja didominasi SMK. Karena materi keterampilan kerja sesuai bidangnya sudah diberikan di sekolah tempat mereka belajar.

Sementara itu, lulusan SMA sebagian besar melanjutkan ke perguruan tinggi. “Dalam penyaluran kerja, kami berkoordinasi dengan Disnakersos, melalui layanan Sarkeling (Pasar Kerja Kelilling) ke SMK-SMK untuk menyosialisasikan informasi lowongan pekerjaan,” ujar Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement