REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat menyatakan setiap akhir pekan polusi di Kota Bandung meningkat karena diduga banyak kendaraan dari luar kota yang berwisata ke di Kota Kembang Bandung.
"Jadi kualitas udara di Kota Bandung menjadi semakin buruk, terutama saat akhir pekan karena terjadi lonjakan jumlah kendaraan," kata Kepala BPLHD Jawa Barat Anang Sudarna, di Bandung, Senin.
Menurut dia, pada tahun 2013, Kota Bandung mendapat peringkat pertama sebagai Kota dengan polutan rendah tapi pada tahun 2014, posisinya menurun menjadi peringkat ke-6.
"Kami mencatat penambahan beban karbon monoksida (CO) di akhir pekan pada akhir pekan dapat mencapai 2.500 kg per hari," ujar Anang.
Dikatakan dia, berdasarkan penelitian ITB, kadar timbal dalam darah dari anak-anak akibat polusi di perkotaan telah mencapai 46 persen.
"Dan angka ini sudah melebihi standar WHO yang hanya 10 persen," ujar dia..
BPLH Jawa Barat, menurut dia, telah memantau keberadaan polutan di Kota Bandung yang ada di tiga titik yakni Jalan Padjadjaran, Jalan BKR (Lingkar Selatan) dan Jalan Soekarno Hatta.
Dikatakan dia, selain karena lonjakan jumlah kendaraan di akhir pekan, polusi di Kota Bandung makin buruk akibat kondisi kepadatan lalu lintas.
"Kemudian polusi semakin parah akibat topografi dan geografi Kota Bandung yang berupa cekungan. Kondisi tersebut membuat udara buruk sulit untuk dihempaskan angin," kata dia.
Oleh karena itu, pihaknya akan memasang alat pantau polusi di kota-kota besar yang ada di Jawa Barat seperti Bandung, Bekasi dan Bogor yakni Air Quality Monitoring System (AQMS).
"Dengan adanya AQMS ini maka tingkat polusi bisa terus dipantau dan dapat segera melakukan antisipasi jika kondisi udara semakin buruk," kata dia.