REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyatakan, masalah pengungsi Rohingya, Myanmar, yang terdampar di Aceh agar dibawa ke Forum Asean untuk mendapatkan solusi yang bijak dalam penanganan "manusia perahu" itu.
"Permasalahan pengungsi Rohingya ini akan saya bawa dalam rapat bersama pemerintah dalam waktu dekat dan seterusnya isu ini akan dibawa ke Forum ASEAN untuk mendapatkan solusi yang bijak dalam penanganannya," katanya kepada wartawan saat meninjau pengungsi Rohingya dan Banglades di Langsa, Kota Langsa, kemarin (25/5).
Fadli bersama rombongan anggota DPR RI lainnya, yakni Fadhlullah (Komisi VI), H Firmandez (Komisi I) dan Prof Bachtiar Aly (Komiisi I), berkunjung ke tempat pengungsi Muslim Rohingya di TPI Kuala Langsa. Fadli menyatakan, para manusia perahu yang saat ini terdampar di Aceh ini adalah masalah kemanusiaan dan harus mendapatkan perhatian dunia internasional.
Untuk itu, masalah ini perlu dibicarakan secara serius oleh pimpinan Asean agar pengungsian besar-besar warga etnis Rohingya ini tidak terjadi lagi, ujarnya. Sementara dalam upaya penanganan pengungsi Rohingya, Kementerian Sosial Republik Indonesia juga menyerahkankan bantuan senilai Rp 2,3 miliar yang disalurkan dalam bentuk barang di empat titik penampungan pengungsi di Aceh.
Empat penampungan itu adalah Kabupaten Aceh Timur mendapat bantuan senilai Rp 611 juta, Kabupaten Aceh Tamiang nilainya Rp 171 juta, Kota Langsa Rp 609 juta dan Aceh Utara senilai Rp 931 juta.
Bantuan itu berupa tenda gulung, matras, perlengkapan keluarga, perlengkapan anak, makanan dan selimut. Menurut data pemerintah pengungsi Rohingya dan Bangladesh di Aceh jumlahnya mencapai 1.759 orang, 564 orang berada di lokasi pengungsian Punteut, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, 672 orang pengungsi di Pelabuhan Kuala Langsa (Kota Langsa), 476 orang di Bireun Bayeun (Kabupaten Aceh Timur) dan 47 orang berada di Kabupaten Aceh Tamiang.
Selanjutnya, Fadli Zon didampingi Fadhlullah mengungkapkan bahwa para pengungsi ini terdiri dari berbagai latar belakang tidak semuanya karena diskriminasi etnis.
"Ada yang diantaranya sebagian dari mereka adalah pencari kerja ke Malaysia, bahkan ada isteri yang mencari suami yang tidak kembali ke negaranya setelah bertahun-tahun menjadi tenaga kerja di luar negeri," katanya. Dan yang lebih dominan, katanya adalah mereka yang terusir dari negaranya akibat terjadinya konflik etnis dan agama di Rohingya.
Sementara, Fadhlullah yang DPR RI asal Aceh menyampaikan kebijakan yang jelas perlu segera diatur oleh pemerintah sehingga tidak terjadi tumpang tidih aturan dalam pelaksanaan di lapangan.