Sabtu 23 May 2015 21:38 WIB

Sistem Pendidikan Buat Perempuan Lupa Fitrahnya

Rep: C38/ Red: Ilham
Pelajar Sekolah Dasar (SD) mengikuti ujian Nasional tingkat SD di SDN Menteng 01, Jakarta Pusat, Senin (18/5).  (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pelajar Sekolah Dasar (SD) mengikuti ujian Nasional tingkat SD di SDN Menteng 01, Jakarta Pusat, Senin (18/5). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sistem pendidikan yang menyamakan laki-laki dan perempuan ditengarai telah mengebiri potensi masing-masing. Ustadz Adian Husaini menyebutkan, penyamaan sistem pendidikan ini merupakan salah satu tantangan pendidikan nasional bagi umat Islam.

"Dampaknya, kaum perempuan melupakan fitrahnya sebagai perempuan untuk mengejar pendidikan setinggi mungkin. Banyak perempuan yang malas menikah dan punya anak," kata Adian Husaini, dalam Seminar Nasional Liberalisasi Pendidikan Islam di UIKA Bogor, Sabtu (23/5).

Di sisi lain, semakin banyak anak laki-laki yang bermasalah di sekolah. Peringkat-peringkat teratas lebih banyak diisi oleh perempuan. "Yang kita khawatirkan bukan lagi pemberdayaan perempuan, tapi pemberdayaan laki-laki karena prestasi mereka semakin menurun."

Perbedaan pendidikan antara laki-laki dan perempuan ini telah dicontohkan oleh pesantren. Artinya, bukan hanya pemisahan tempat duduk, tapi juga materi dan metode pengajaran. Hal itu karena kebutuhan dan peran yang akan diemban oleh perempuan berbeda dengan laki-laki.

Pembicara lain, Erma Pawitasari menambahkan, arus balik dunia pendidikan di Barat pun sudah mulai terlihat. "Sejumlah sekolah mulai membedakan antara laki-laki dan perempuan," katanya.

Pendidikan khusus perempuan penting untuk mempersiapkan mereka menduduki pos-pos khusus, seperti kebidanan, guru sekolah putri, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perempuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement