REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat menyebutkan alih fungsi lahan di daerah ini semakin marak.
Kepala Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kota Mataram H Mutawalli mengatakan masalah itu terlihat dari penyusutan luas lahan pertanian di Kota Mataram yang hingga Maret 2015 tercatat mencapai sekitar 34 hektare.
"Padahal pada 2014, alih fungsi lahan hanya 38 hektare. Tahun ini sampai Maret saja sudah mencapai 34 hektare," katanya, Jumat (22/5).
Ia mengatakan dengan adanya alih fungsi lahan seluas 34 hektare hingga Maret sisa lahan pertanian di Kota Mataram menjadi sekitar 2.029 hektare dari 2.063 hektare pada 2014. Untuk mengantisipasi semakin maraknya alih fungsi lahan tersebut, pihaknya saat ini sedang melakukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMP2T) Kota Mataram.
"Dua instansi ini memiliki peran strategis untuk melakukan pengendalian alih fungsi lahan," katanya.
Ia berharap kendati terjadi penyusutan luas lahan pertanian tidak mempengaruhi target produksi padi di Kota Mataram 2015 sebanyak 28.300 ton. Selama ini, kata Mutawalli, kendati Kota Mataram memiliki luas tanam paling sedikit dibanding daerah lain di NTB, namun rata-rata produktivitas gabah kering panen (GKP) petani mencapai 6,5 ton per hektare, bahkan bisa mencapai sembilan ton per hektare bagi petani yang menggunakan pola tanam jajar legowo.
"Pola tanam jajar legowo ini cukup bagus karena bulir padi bisa tumbuh padat dan banyak sehingga kita bisa mendukung program swasembada pangan nasional" katanya.