Jumat 22 May 2015 16:49 WIB

Prevalensi Konsumsi Tembakau di Indonesia Terus Meningkat

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Satya Festiani
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (Ilustrasi)
Foto: vemale.com
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat prevalensi konsumsi tembakau di Indonesia, baik laki-laki dan perempuan terus meningkat.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berdasarkan data dari Buku Fakta Tembakau yang diterbitkan Balitbangkes pada 2015 menunjukkan ‎prevalensi konsumsi tembakau cenderung meningkat, baik pada laki-laki maupun perempuan. “Peningkatan prevalensi lebih banyak pada perempuan dari 1,7 persen pada tahun 1995 menjadi 2,3 persen pada tahun 2013. Sedangkan pada laki-laki dari 53,4 persen pada tahun 1995 menjadi 66 persen pada tahun 2013,” katanya kepada Republika, Jumat (22/5).

Dia menyebutkan, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan konsumsi rata-rata 10,5 batang per hari. Konsumsi perokok laki-laki rata-rata 10,7 batang per hari 5,4 batang pada perokok perempuan. Sementara ‎hasil Global Adult Tobacco Survey - Indonesia, 2011 dengan usia 15 tahun keatas yang dikerjakan Balitbangkes bersama organisasi kesehatan dunia (WHO) Perserikatan Bangsa-Bangsa dan CDC Atlanta USA menunjukkan prevalensi merokok pria adalah  67,4 persen, dan pada wanita  4,5 persen, total 36,1 persen.

“Secara angka mutlak, j‎umlah perokok aktif usia 10 tahun ke atas Indonesia adalah 56.860.457 laki-laki dan 1.890.135 perempuan,” ujarnya.

Ia meminta bagi masyarakat yang belum merokok supaya jangan mencobanya. Sementara bagi para perokok diminta untuk berhenti demi alasan kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan.

“Kebiasaan merokok berhubungan dengan 25 penyakit di tubuh manusia dari kepala sampai kaki karena rokok berisi 4.000 bahan kimia‎. Ciptakan lingkungan dengan udara bersih tanpa asap rokok,” ujarnya.

Disinggung mengenai rokok elektronik juga bukan produk yang aman bagi kesehatan. Penelitian membuktikan rokok elektronik dapat mengandung bahan-bahan yang merugikan kesehatan.

Sementara itu, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Indonesia Ekowati Rahajeng mengatakan, pihaknya terus mengkampanyekan bahaya rokok. Pihaknya juga rekomendasikan rokok elektronik dilarang.

“Berdasarkan sejumlah penelitian, rokok elektrik sama bahayanya atau bahkan lebih bahaya dibandingkan rokok biasa,” katanya.

Tak hanya Kemenkes, kata dia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah merekomendasikan pelarangan penjualan rokok elektronik di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement