REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir 14 ribu pengungsi dan pencari suaka telah berada di Indonesia. Menurut Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS) Kementerian Luar Negeri, Andy Rachmianto, Indonesia sudah lama menangani 12 ribu pengungsi yang tinggal menyebar di wilayah Indonesi. Jumlah tersebut, kata dia, belum ditambah dengan ribuan pengungsi asal Bangladesh dan Myanmar yang baru saja mendarat di daratan Aceh.
"Yang kita tangani sebetulnya ada kurang lebih 12 ribu imigran sebagai pengungsi dan pencari suaka yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka berasal dari kurang lebih 40 negara, termasuk Myanmar dan ditambah 1700 di Aceh, jadi kalo di total 14 ribu imigran yang sedang ditangani oleh Indonesia," kata Andy dalam diskusi Save Rohingya di kantor PKB, Jakarta, Jumat (22/5).
Lebih lanjut, ia mengatakan berdasarkan data yang dimiliki oleh UNHCR dan IOM, masih terdapat sekitar 8 ribu pengungsi Bangladesh dan Myanmar yang masih terkatung-katung di perairan. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah Indonesia memprioritaskan melakukan langkah-langkah upaya penyelamatan para manusia perahu tersebut.
Permasalahan penanganan imigran sendiri tidak hanya dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Menurut Andy, sejumlah negara lain di Asia pun juga menghadapi persoalan yang sama. Ia mengatakan di Bangladesh sendiri terdapat 230 ribu imigran dari berbagai negara, sedangkan di India tercatat sebanyak 191 ribu, dan Malaysia menangani 156 ribu imigran termasuk dari pengungsi Rohingya yang sebanyak 40-45 ribu.
Seperti diketahui, Indonesia dan Malaysia sepakat memberikan bantuan kemanusiaan dan menawarkan tempat penampungan pada 7 ribu pengungsi Rohingya. Pernyataan tersebut disampaikan dalam pernyataan bersama Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Seri Anifah Aman dengan Menlu Indonesia Retno Marsudi dan Wakil Menlu Thailand Jenderal Tanasak Patimapragor.
Lebih lanjut, Anifah mengatakan, proses pemulangan akan dilakukan dalam waktu satu tahun dengan melibatkan masyarakat internasional. "Sementara itu, Malaysia dan Indonesia mengundang negara-negara lain di kawasan untuk bergabung dengan upaya ini," kata Anifah.