Jumat 22 May 2015 12:39 WIB

‘Pengemasan Produksi Seni Butuh Sentuhan’

 Kesenian sisingaan pada acara 'Kampung Wisata Kreatif'  di daerah Dago Pojok dan Tanggulan,Bandung, Ahad (27/10).   (Republika/Edi Yusuf)
Kesenian sisingaan pada acara 'Kampung Wisata Kreatif' di daerah Dago Pojok dan Tanggulan,Bandung, Ahad (27/10). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID,‘Pengemasan Produksi Seni Butuh Sentuhan’

BANDUNG -- Seni tradisi pada hakikatnya merupakan representasi dari kebudayaan luhur. Sejak dulu, seni tradisi telah menjadi media pendidikan yang ampuh dalam membentuk karakter masyarakatnya. Sayangnya, seni ini terjepit oleh kehadiran seni popular, Untuk itu, dibutuhkan sentuhan dalam pengemasan produksi seni.

Di Jabar, hampir dalam semua seni pertunjukan tradisi, memiliki kontribusi penting dalam mencerahkan karakter masyarakatnya. Seni tradisi menjadi salah satu alternatif sebagai pondasi karakter bangsa serta menjadi filter terhadap dampak negatif dalam menghadapi arus globalisasi saat ini.

“Mengapa demikian ? Karena, dalam seni mengandung berbagai makna atau nilai kehidupan sosial-kultural-religius di masyarakat,” kata Kepala Balai  Pengembangan Kemitraan SDM Kepariwisataan Dan Kebudayaan, Drs Rusyandi, Kamis (21/5).

Apalagi, kata dia, tradisi merupakan akar perkembangan kebudayaan yang memberi ciri khas identitas atau keperibadian suatu bangsa. Seni tradisi menyediakan bahan baku yang melimpah. Di Jabar, ungkap Rusyandi, pada umumnya, para seniman tidak membiarkan kesenian tradisi menjadi beku. Dan untuk itu, setiap generasi terus berusaha untuk melakukan inovasi terhadap kesenian tradisi milik mereka.

Dikatakan Rusyandi, potensi budaya yang ada di Jabar, yang salah satunya adalah seni pertunjukan tradisi. Namun, senin ini belum diberdayakan fungsinya secara maksimal sebagai paket tontonan yang menarik bagi wisatawan.

Menurut dia, seni pertunjukan tradisi meskipun sudah dipertunjukkan secara komersial, tetapi belum optimal dipadukan dengan program paket pariwisata budaya. Padahal, keunikan pertunjukan seni tersebut, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. “Seni pertunjukkan tradisi selain menjadi aset budaya, juga menjadi simbol serta identitas suatu daerah,” ujarnya.

Sayangnya, jenis seni yang potensial ini keberadaannya semakin terjepit oleh kehadiran seni populer, karenanya berangsur-angsur ditinggalkan penggemarnya.  Karena itulah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar, saat ini, senantiasa menyelenggarakan beberapa program kegiatan yang berkaitan dengan revitalisasi, aktivasi serta pewarisan pertunjukan seni tradisi di seluruh wilayah Jabar.

Sehingga, kata Rusyandi, diharapkan dari program ini ada tentang perlindungan, pengembangan, serta pemanfaatan pertunjukan seni tradisi bisa terwujud. Yang pada gilrannya juga, kata dia, dapat memperkokoh ketahanan budaya serta meningkatkan ekonomi para pelaku dan masyarakat sekitarnya.  

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, maka pengembangan SDM kesenian yang merupakan aset terpenting dari sebuah produk seni, harus mendapat perhatian serius.  Karenanya, secara berkesinambungan dilakukan berbagai jenis pelatihan baik untuk pelaku seni terutama pengelola Sanggar Seni.

“Kegiatan peningkatan kompetensi pengemasan produksi seni  ini dimaksudkan sebagai upaya untuk lebih meningkatkan citra kesenian Jabar yang kreatif dan inovatif,” kata Rusyandi.  Pelatihan ini  diikuti 40 (empat puluh) orang peserta dari sanggar seni yang berasal  dari 10 ( sepuluh )  kabupaten dan kota di Jabar bertempat  Hotel Sariater Jl Raya Sariater Kabupaten Subang  

Kepala Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Provinsi Jabar Drs Nunung Sobari MM mengatakan, terwujudnya Jabar sebagai daerah budaya dan tujuan wisata andalan, maka diperlukan peran serta masyarakat (seniman dan budayawan ) yang secara kontinyu. Peran ini, kata dia, harus terus digalang dalam upaya mengevektifkan kebudayaan sebagai asset daerah yang mendukung kepada pengembangan usaha jasa pariwisata

Kata dia, Pemprov Jabar melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terus berupaya melakukan terobosan agar semua sanggar seni dapat dilestarikan dan ditingkatkan dalam pengelolaanya. Dengan demikian, kata dia, akan tercapai upaya melestarikan seni budaya yang merupakan aset budaya berharga dan dalam rangka menarik minat kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

“Melalui pelatihan ini, kreativitas dan inovasi para pengelola sanggar seni dapat menampilkan karya seninya sebagai atraksi budaya yang selalu dibanggakan masyarakatnya sekaligus sebagai sentral pewarisan budaya secara historis,” ujarnya. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement