REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meminta PT. PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) memaksimalkan cakupan pelayanan air minum di daerah yang dipimpinnya itu menjadi 100 persen di 2018. Ia bahkan menyatakan kesiapan untuk mengucurkan dana hingga miliaran rupiah agar prosesnya berjalan cepat.
"Saat ini cakupan pelayanan air minum di DKI Jakarta baru mencapai 60 persen," kata dia ketika meresmikan pengoperasian penerapan teknologi baru Moving Bed Bio-film Reactor (MBBR) di Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, sebagaimana rilis yang diterima pekan ini.
Penyediaan air menurut Ahok penting dan mendesak, sebab apartemen yang dibangun di kawasan Jakarta sudah begitu banyak. Yang lebih mendesak, kebutuhan air minum utamanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang sepengetahuannya harus membayar air lebih mahal karena tidak terjangkau jaringan pipa.
Makanya, anggaran Pemprov yang diakuinya berlimpah dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air. “Kalau atas nama orang miskin dikasih Rp 1.050 per kubik, tapi coba cek di lapangan, mereka beli Rp 20 ribu per kubik dengan menggunakan gerobak," katanya. Jika orang miskin disuruh membayar Rp 1,8 juta untuk sambungan pipa baru, kata dia, mereka tidak akan sanggup. Jadi lebih memilih untuk membeli air gerobak.