REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kelangkaan bahan bakar gas elpiji ukuran tiga kilogram sungguh menyusahkan pemilik usaha warungan. Belakangan, banyak di antara pengusaha warung makan beralih menggunakan bahan bakar arang, sebagian kayu bakar, lantaran sulit mencari, gas melon aliasgas 3 kilogram.
Sudah beberapa pekan ini, 'gas melon' sulit didapat, baik ditingkat pengecer maupun pertokoan. Kalau ada barangnya, hanya sedikit. Bergitu mendapat dropping barang, langsung jadi rebutan.
''Ya, karena cari-cari gas nggak ada, paling ada satu tabung, memasak terpaksa pakai kompor anglo berbahan arang,'' ujar Siti Aminah (50), pemilik usaha warung makan, Seneng Moro, di Solo, Kamis (21/5).
Siti Aminah mengakui, sebulan ini ketersediaan gas melon sudah amat langka. Dan, susah mencari kemana asaja. Kalaupun ada, sangat terbatas. Bahkan, dua hari ini, gas elpiji dimana-mana habis. "Padahal, bahan gas diperlukan sekali," ujarnya.
Karena gas susah dicari, kata Siti Aminah, terpaksa mencari alternatif bahan bakar pengganti. Paling cepat dan mudah, kata dia, memakai arang. Kalau tidak, terpaksa pakai kayu bakar. "Kalau kondisi sulit semacam berlangsung terus, terpaksa ia juga bakal tutup warung," katanya.
Hal serupa juga dilakukan pemilik usaha gorengan di Pasar Srago, Kabupaten Klaten, Sularso (55). Usaha yang ditekuni bertahun-tahun ini nyaris macet, gara-gara susah mencari bahan bakar gas. Untuk pindah ke kayu bakar, kata dia, sulit sekali. Kalau memang ini satu-satunya jalan, terpaksa juga dilakukan.