REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) meminta pemerintah Indonesia segera menyiapkan tempat penampungan khusus untuk ratusan pengungsi Rohingya yang kini terdampar di Aceh dan Sumatra Utara.
"Kami meminta kepada pemerintah agar disediakan satu tempat bagi pengungsi sehingga tidak ada lagi manusia kapal, apalagi Indonesia pernah menampung pengungsi dari Kamboja dan Vietnam," kata Ketua Bidang Kerukunan Antarumat Beragama MUI Slamet Effendi Yusuf saat jumpa pers pernyataan sikap bersama MUI dan Walubi di Jakarta, Rabu Kemarin.
Kiai Slamet mengatakan Indonesia bisa menyiapkan tempat penampungan seperti yang pernah disiapkan untuk pengungsi Kamboja dan Vietnam pada 1970-an di Pulau Galang, Kepulauan Riau. Kamp pengungsian yang dibangun oleh Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR/United Nations High Commision for Refuges) dan Pemerintah Indonesia tersebut dapat menampung sekitar 250 ribu orang hingga tahun 1990-an.
Menurut Kiai Slamet, penampungan khusus untuk pengungsi dapat menghindari manusia perahu karena sebelumnya sekitar 96 pengungsi Rohingya terdampar di perairan Pangkalan Susu, Langkat, Sumatera Utara, setelah terombang-ambing tiga bulan di laut akibat kapal yang kehabisan bahan bakar.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Ketua Umum Walubi Arief Harsono mengimbau seluruh umat beragama, baik Buddha maupun Islam dapat menjaga hubungan baik serta bersama-sama menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi.
"MUI dan Walubi bertekad menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa logistik untuk pengungsi yang berada di Indonesia, khususnya di Aceh dan Sumatera Utara," kata Arief.
Seruan dan bantuan tersebut, kata Selamet, merupakan bentuk keprihatinan dari MUI dan Walubi atas kompleksitas permasalahan warga Rohingya yang tidak diakui status kewarganegaraannya di Myanmar. Seperti diketahui, sepekan lalu sekitar 600 orang beretnis Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh terdampar di Aceh Utara. Pengungsi tersebut hendak menuju Malaysia untuk mencari pekerjaan.