Kamis 21 May 2015 14:08 WIB

Tiga Balita Pengungsi Rohingya Terpapar Diare

Tiga anak imigran suku Rohingya berada di atas kapal mereka yang terdampar di perairan Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Aceh, Rabu (20/5).
Foto: Antara/Syifa
Tiga anak imigran suku Rohingya berada di atas kapal mereka yang terdampar di perairan Desa Simpang Tiga, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Aceh, Rabu (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Tiga anak di bawah lima tahun (balita) pengungsi Rohingya di Desa Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur, dirawat intensif karena terpapar diare, Kamis (21/5). Keterangan dari tempat pengungsi menyebutkan tim kesehatan langsung menangani ketiga anak-anak itu karena keadannya lemah dan berulang kali buang air besar.

Ketiga balita dirawat di Puskesmas Bayeun, beberapa meter dari tempat tersebut. Wakil Bupati Aceh Timur, Syahrul Bin Syama'un, yang terus memantau keadaan pengungsi mengatakan pengungsi itu sangat rentan terkena penyakit.

Pada Kamis, direncanakan dilakukan pemeriksaan kesehatan atas 433 manusia perahu Rohingya di tempat penampungan itu. "Sejak diselamatkan Rabu (20/5) pagi memang belum dilakukan pengecekan terhadap kesehatan mereka. Hari ini akan dilakukan cek kesehatan oleh tim kesehatan," terang Syahrul.

Sejumlah pengungsi Myanmar dan Bangladesh itu tampak sangat lemah kondisinya. Terlebih mereka telah terlunta-lunta di lautan untuk beberapa waktu lamanya. Sebanyak 433 orang manusia perahu asal Myanmar dan Bangladesh yang sebelumnya ditampung sementara di Desa Simpang Lhee Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur, kini telah dipindahkan ke lokasi bekas pabrik kertas di Desa Bayeun Kecamatan Rantau Selamat, Rabu (20/5).

Syahrul mengatakan awalnya para pengungsi itu dipindahkan dari Julok ke lokasi yang lebih bagus di gedung Badan Pelatihan Kerja (BLK) yang terletak di Lhok Banie Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, yang merupakan aset Aceh Timur.

"Karena tidak tersedianya tempat yang memadai, maka kita pindahkan agar mudah mengurusi para imigran itu dalam satu lokasi yang steril," kata Syahrul.

Namun, lanjut dia, Pemerintah Kota Langsa enggan memberikan akses masuk menuju gedung BLK tersebut, dan menahan rombongan pengungsi yang diangkut dengan truk polisi di perbatasan antara Kota Langsa dan Aceh Timur. "Kita tak tahu alasan Pemko Langsa tidak memberi izin pengungsi itu masuk ke Langsa. Tidak ingin ribut, akhirnya menampung sementara di bekas pabrik kertas yang ada di Bayeun ini," jelas Syahrul.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement