REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ekonomi dari Universitas Paramadina Firmanzah menilai pemerintah terlalu fokus menyiapkan strategi mempertahankan pasar domestik. Upaya itu lebih tinggi dibanding memperluas jangkauan perdagangan ke negara-negara kawasan Asia Tenggara lain guna menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Menjelang MEA, tidak hanya usaha-usaha mengamankan pasar domestik saja yang penting, tapi kita juga harus attack keluar," ujar Profesor Firmanzah pada acara "Menuju Indonesia Incorporated: Menghadapi MEA 2015" di Jakarta, Senin (18/5).
Pria yang saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas Paramadina itu mengatakan, ketika MEA berlangsung Indonesia memiliki kesempatan yang sama dengan negara ASEAN lain untuk saling membidik pasar masing-masing. Namun, kesempatan serta potensi tersebut, menurut dia, belum dikaji dengan serius oleh pemerintah.
Pemerintah hingga kini masih terlalu banyak menyiapkan konsep-konsep pertahanan agar usaha-usaha dalam negeri tidak kalah dengan produk lain, sementara peluang untuk mengambil pasar negara lain masih belum gencar dilakukan.
"Kalau Singapura, Malaysia, Thailand masuk ke negara kita, kita pun punya kesempatan yang sama masuk ke negara mereka dan peluang itu juga harus dimanfaatkan secara optimal," tambahnya.
Oleh karena itu, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) periode 2009-2013 mengatakan, sudah saatnya strategi attack yang diartikannya sebagai usaha meraih pasar luar negeri juga dimulai, karena dalam kurun waktu tujuh bulan, konsep integrasi masyarakat dan sektor ekonomi kawasan itu akan diberlakukan.