Senin 18 May 2015 21:50 WIB

Pentingnya Edukasi Wisata Syariah Bagi Warga Lokal

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang warga berada di komplek masjid kuno di Dusun Salut Timur, Desa Salut, Kec. Kayangan, Tanjung, Kab. Lombok Utara, NTB,
Foto: Antara
Seorang warga berada di komplek masjid kuno di Dusun Salut Timur, Desa Salut, Kec. Kayangan, Tanjung, Kab. Lombok Utara, NTB,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengedukasi masyarakat tentang kearifan lokal yang sejalan dengan nilai Islam dinilai salah satu kelebihan pengembangan pariwisata halal Indonesia.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Nusa Tenggara Barat Taufan Rahmadi mengatakan, pemerintah NTB tengah berupaya memasyarakatkan pariwisata syariah dengan menjalin hubungan dengan tokoh setempat untuk menjelaskan pariwisata syariah tidak mematikan wisata konvensional yang ada.

Yang penting, kata dia, semangat wisata syariah ini bukan industrialisasi. Melainkan pada perilaku masyarakat yang menonjolkan nilai-nilai baik dan manfaat jangka panjang untuk masyarakat.

''Yang lazim diasosiasikan dengan wisata adalah seks, obat-obatan terlarang dan alkohol, itu yang tidak diinginkan di NTB. Kami ingin pariwisata justru menaikkan derajat masyarakat dengan niali-nilai kebaikan yang bertahan lama,'' tutur Taufan beberapa waktu lalu.

Promosi pemerintah pusat ke luar negeri juga harus seiring dengan penguatan nilai dan pemahaman masyarakat mengenai penerimaan wisatawan. Jadi tidak hanya promosi pariwisata ke luar, tapi juga edukasi masyarakat lokal. Sehingga nilai-nilai dalam wisata syariah bisa ada di semua lapisan masyarakat.

Di antara kelebihan NTB menjadi salah satu destinasi wisata halal adalah azan yang senantiasa berkumandang setiap waktu shalat, program Jumat bersih dimana yang diajak tidak hanya warga lokal tapi juga turis untuk membersihkan lokasi wisata. Ada juga paket wisata kehidupan ala pesantren, serta buku khutbah tentang bersikap pada tamu termasuk wisata sebab ulama jadi panutan masyarakat.

Kondisi NTB juga mendukung dengan 92 persen warganya Muslim, dikenal sebagai daerah 1.000 masjid, dukungan tokoh dan pemimpin masyarakat, makanan halal yang mudah didapat, serta alam dan kebudayaan yang kaya.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, wisatawan mancanegara senang dilayani pemandu lokal yang bisa berbahasa asal wisatawan dan mengerti kultur mereka. Karena itu dibutuhkan pembekalan untuk pemandu lokal, baik mengenai daya tarik daerah maupun hal-hal lain terkait penerimaan wisatawan. ''Jika Indonesia punya SDM yang memadai, maka Indonesia bisa kompetitif dengan negara ASEAN lain,'' kata Hariyadi.

Pengeluaran wisatawan asal Timur Tengah mencapai 2.500 dolar AS per hari per kepala dan lebih besar dari wisatawan mancanegara lain yang hanya 1.100 dolar AS per hari per kepala. Sayangnya, ada perlakuan berbeda kepada wisatawan asal Timur Tengah dibanding wisatawan mancanegara lain.

Presiden Direktur Karim Consulting Indonesia Adiwarman Karim mengatakan pariwisata halal yang tetap bernuansa khas Indonesia adalah kelebihan. Indonesia tidak perlu menjadi kearab-araban untuk mengundang wisatawan Timur Tengah datang. ''Inilah kita dengan kekayaan budaya yang kita punya. Kalau mereka mau silakan datang. Lagi pula, yang mereka cari pasti ingin yang beda dari apa yang biasa mereka hadapi di negara mereka,'' kata Adiwarman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement