REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, membuka kegiatan Pra Muktamar Muhammadiyah ke-47 putaran XV di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), Jumat (15/5). Dari kegiatan itu, dihasilkan sejumlah rekomendasi yang akan dibahas dalam Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada Agustus mendatang.
Din mengatakan, dalam kegiatan Pra Muktamar, PP Muhammadiyah sengaja menyelenggarakan seminar-seminar yang dilaksanakan di 19 perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) se-Indonesia. Dari pelaksanaan pra muktamar itu, dihimpun pemikiran-pemikiran untuk menjadi bahan muktamar.
Dalam kesempatan Pra Muktamar Muhammadiyah putaran ke-15 di UMC, seminar yang diadakan mengambil tema Bonus Demografi Perubahan Menuju Budaya Berkemajuan. Tema tersebut sangat penting karena Muhammadiyah sebagai pergerakan dakwah harus memberi pencerahan.
''Kedepan kita akan menghadapi tantangan dan persaingan yang ketat. Tidak hanya dalam cakupan nasional, tapi juga internasioanal,'' ujar Din.
Menurut Din, Indonesia diberi bonus/anugerah yang besar. Pada 2015-2025 atau 2015- 2035, tingkat usia tenaga kerja Indonesia mengalami akumulasi puncak perkembangan yang luar biasa dibanding negara-negara lain. Usia produktif, antara 17-25 tahun, terkonsentrasi di Indonesia. ''Kondisi demografi Indonesia ini sangat potensial,'' tegas Din.
Dalam bahasa ekonomi, besarnya jumlah penduduk itu menjadi sebuah potensi pasar yang menjanjikan dan bisa memberikan harapan untuk dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia, terutama warga Perserikatan Muhammadiyah. Hal tersebut terutama untuk dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi Indonesiaa.
''Pertanyaannya, bonus demografi ini akan menjadi berkah atau musibah, jadi nikmat atau laknat?'' tutur Din.
Din mengungkapkan, jawaban dari pertanyaan itu tergantung bangsa Indonesia sendiri. Kalau bangsa Indonesia bisa memanfaatkan bonus demografi dengan kerja keras, cerdas, ikhlas dan tuntas, maka bonus tersebut akan menjadi berkah dan nikmat.
Namun sebaliknya, jika bangsa Indonesia tidak bersiap diri, tidak punya kemampuan dan tidak mampu bersaing dengan bangsa lain, maka bonus demografi itu akan menjadi musibah dan laknat. Pasalnya, penduduk yang besar, hanya akan menjadi beban negara untuk memberikan kesejahteraan dan kehidupan.
''Bonus (demografi) itu rahmat. Tapi kalau tidak pandai bersyukur dengan memanfaatkan bonus itu untuk kemaslahatan, maka bonus itu akan jadi laknat. Maka pandai-pandailah mensyukuri nikmat Allah,'' tegas Din.