Kamis 14 May 2015 14:15 WIB

PBNU: Konflik Israel-Palestina, AS Harus Tanggalkan Standar Ganda

Rep: c38/ Red: Bilal Ramadhan
Slamet Effendy Yusuf
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Slamet Effendy Yusuf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Konflik Palestina-Israel masih terus menjadi isu krusial di dunia internasional. Ketua PBNU, Slamet Effendy Yusuf menilai dukungan Vatikan terhadap negara Palestina baru-baru ini juga tidak akan membawa pengaruh signifikan, selama Amerika dan sekutunya masih menggunakan standar ganda.

“Selama Amerika, Eropa Barat, dan negara-negara pendukungnya masih menggunakan standar ganda, kesepakatan tidak akan tercapai. Perundingan antara Israel dan Palestina sudah berkali-kali dilakukan, tapi tidak ada titik temu,” ujar Slamet Effendy ketika dihubungi Republika, Kamis (14/5).

Ia menambahkan, Palestina adalah isu yang sangat mendesak. Jika Palestina tidak segera diberikan kemerdekaan, Israel akan semakin meraja lela. Slamet Effendy mencontohkan, dampak luar biasa akibat pembangunan perumahan Yahudi di tanah-tanah Palestina dan tembok keliling di Tepi Barat. Hal itu merupakan kerja aneksasi yang harus dihentikan oleh dunia.

Pertama-tama, negara-negara ini harus menghentikan standar ganda. Kedua, pemulihan hak-hak rakyat Palestina, termasuk hak politik untuk mendirikan negara. Israel dan Palestina melakukan perundingan dan saling mengakui.

Yang ketiga, kesepakatan tentang status Yerussalem. Saya pikir lebih baik Yerussalem menjadi kota internasional. Namun, Ketua PBNU ini mengakui, sulit untuk menanggalkan standar ganda yang telah melekat dalam pikiran Amerika dan sekutunya.

“Mereka begitu kritis terhadap aktivitas Iran untuk pengayaan nuklir, tapi diam saja dan pura-pura tidak tahu kalau Israel juga melakukan hal yang sama. Mereka bicara hak sasi di mana-mana, tapi buta tuli ketika melihat orang Palestina ditembaki dan terusir dari tanahnya.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement