REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Olahan pangan berbahan lokal khas Sleman mulai dilirik untuk mengatasi masalah ketahanan pangan.
"Pengoptimalan panganan lokal dapat dilakukan dengan menghidangkannya dalam rapat-rapat internal di lingkungan Pemkab Sleman dan pertemuan lintas sektoral," tutur Wakil ketua DPRD Sleman Inoki Azmi Purnomo, Rabu (13/5).
Salah satu buah khas Sleman, yakni buah salak, disebutnya bisa menjadi bahan utama olahan pangan khas.
“Untuk olahan lebih bersifat komersil dan hanya dinikmati golongan tertentu,” jelas politikus PAN tersebut.
Untuk itu, pemkab juga diminta melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada warga tentang potensi pangan lokal. Termasuk mengenai pengembangan dan inovasi pengolahannya. Sehingga olahan kuliner dari bahan baku lokal akan terus bertambah.
“Karena itu potensi pangan lokal yang ada di masing-masing wilayah harus terus dikembangkan melalui pemberdayaan warga setempat,” katanya.
Menurut Inoki, walau sudah ada program pemanfaatan panganan lokal, kenyataannya masih banyak bahan dasar makanan impor yang digunakan, seperti gandum. Termasuk saat dewan mengadakan rapat maupun sidang. Sajian yang diberikan kebanyakan roti.
“Hari ini kami sudah meminta setwan untuk memprioritaskan pangan lokal,” tegasnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menggalakkan panganan lokal. Termasuk kebijakan untuk hidangan rapat atau kegiatan lain menggunakan panganan lokal. Seperti pisang, kacang, salak, dan ketela.