Rabu 13 May 2015 20:50 WIB

'Brand' Jokowi tak Sekuat Saat Piplres 2014

Dari kiri, penulis buku
Foto: ist
Dari kiri, penulis buku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Brand Jokowi begitu kuat saat Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu, mengalahkan brand lainnya seperti Prabowo Subianto. Kekuatan dari dimensi kepribadian brand Jokowi adalah ketulusan (sincerity) dan kegairahan (excitement) unsur kebaruan yang dibawa brand ini. 

"Kedua dimensi tersebut yang kemudian mendorong partisipasi publik yang luar biasa. Partisipasi itu terjadi pada semua kanal kampanye melalui media massa dan sosial maupun berbagai kegiatan," ujar Ummi Salamah, staf pengajar pascasarjana Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) dalam bedah buku "Brand Pemimpin Politik" yang ditulisnya, Selasa (12/5) di Jakarta. 

Ia mengatakan dimensi kepribadian brand Jokowi yang menonjol adalah merakyat, membumi, turun ke lapangan, ramah dan jujur. Sifat-sifat tersebut didukung oleh jejak rekam dan kebutuhan pemilih untuk mendapatkan pemimpin baru. 

"Sehingga mampu melesatkan favorabilitas yang berdampak positif pada elektabilitas Jokowi. Beliau pun berhasil menang Pilpres 2014," ujar peraih gelar doktor ilmu komunikasi politik pada 2014 melalui disertasi tentang brand pemimpin politik. 

Lalu bagaimana kini? Disinilah tantangan yang sebenarnya muncul bagi Jokowi. Tantangan yang lebih berat dan riil muncul saat Jokowi memerintah sebagai Presiden RI. 

Dari pengamatan yang ia lakukan selama enam bulan terakhir, baik dari pemberitaan di media massa dan publikasi jajak pendapat berbagai lembaga, terlihat bahwa brand Jokowi belum berkembang atau berekspansi. 

"Publik membutuhkan keyakinan bahwa Jokowi  memiliki sifat – sifat yang menunjukan kemampuannya menyelesaikan masalah–masalah yang berkembang seperti pengelolaan harga bbm, pertumbuhan ekonomi yang menurun dan nilai tukar rupiah yang melemah," kata dia. 

Menurutnya Jokowi harus mampu membentuk brand yang menunjukkan dimensi pintar dan kompeten. 

"Publik akan mempersepsikannya secara positif dan akan memberikan dukungan terhadap Jokowi. Sebaliknya, kalau dimensi-dimensi tersebut tidak mampu berkembang, maka dukungan publik akan terus meluncur turun," tambah Ummi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement