REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku sering mendapatkan iklan prostitusi melalui pesan dari telepon selulernya. Namun, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara pun mengaku kesulitan menangani iklan tersebut.
"Waduh, saya kalau itu susah," kata Rudiantara di Istana Wapres, Jakarta, Selasa (12/5).
Menurut Rudiantara, Kemenkominfo lebih mudah menangani konten negatif yang disebarkan secara luas melalui broadcast atau semacamnya. Sedangkan, untuk konten negatif yang disebarkan perorangan, akan lebih sulit ditindaklanjuti.
Ia pun meminta agar masyarakat juga mengadukan semua konten negatif yang ditemukannya kepada Kominfo agar dapat ditangani lebih lanjut. Lebih lanjut, pihaknya juga telah berkomunikasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait iklan-iklan perbankan yang disebarkan melalui telepon seluler.
"Itu tindak lanjutnya harus kita bicarakan dengan para operator, bagaimana memblok nomor-nomor tertentu bagaimana yang diindikasikan memang kerjanya hanya menawarkan, kalau telemarketing bener sih tidak apa-apa. Yang bahaya yang menipu," terang Rudiantara.
Kendati demikian, ia mengakui masih banyak persoalan yang harus ditangani oleh Kemenkominfo. Rudiantara pun optimistis tiap kasus selalu dapat ditangani.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengaku sering menerima iklan prostitusi melalui pesan dari telepon selulernya. "Terus terang saya sering menerima gitu-gituan. Dari nomer (asing) mau berhubungan ini, ini, ini, wanita cantik," kata Kalla.
Tak hanya iklan prostitusi, nomor dari telepon selulernya pun menerima iklan tawaran kredit. Namun, selama ini Kalla tak pernah menanggapi iklan-iklan tersebut. "Nomer saya kan sudah 20 tahun. Kita langsung delete aja," tambah JK.