REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengakui ada segelintir masyarakat Indonesia yang tidak melakukan imunisasi. Menurut Sekretaris Satgas Imunisasi IDAI, Soedjatmiko, hal tersebu terjadi akibat masyarakat yang mudah termakan isu negatif mengenai imunisasi terutama vaksin.
“Penyebab masyarakat tidak ingin melakukan imunisasi itu akibat mudah termakan isu,” ujar Ahli Imunisasi kepada wartawan saat Workshop School of Vaccine for Journalist di Yogyakarta, Jumat (8/5).
Soedjatmiko mengatakan, ada banyak hal yang menyebakan masyarakat tidak melakukan imunisai. Ia menyatakan, masyarkat itu mudah termakan ucapan orang lain yang belum tentu kebenarannya. Misal, ujarnya, masyarakat percaya bahwa imunisasi itu bisa menyebabkan autis, cacat, bahkan kematian.
Kemudian, Soedjatmiko juga menyebutkan ada segelintir orang yang menilai imunisasi itu tidak bermanfaat. Penyebabnya, karena terdapat pihak yang menilai anaknya masih tetap sakit meski sudah diimunisasi. Padahal, lanjutnya, banyak hal yang melatarbelakangi kondisi demikian.
Soedjatmiko berpendapat terdapat pula masyarakat yang menganggap imunisasi itu dapat melemahkan kekebalan tubuh. Menurutnya, pendapat itu jelas meragukan dan tidak ada bukti atau data kuat di dalamnya.
Selain itu, kandungan babi pada vaksin juga menjadi penyebab masyarakat enggan menggunakan vaksin. Menurut Soedjatmiko, pendapat itu kurang tepat mengingat banyak hasil akhir vaksin Indonesia yang tidak memiliki kandungan tersebut. Ia menegaskan, masyarakat atau pihak tertentu bisa membuktikan kandungan yang ada di dalam vaksin Indonesia.
Soedjatmiko juga mengungkapkan, terdapat masyarakat yang menganggap imunisasi itu merupakan bagian konspirasi dari Yahudi dan Amerika Serikat. Menurutnya, pendapat itu merupakan kekeliruan yang seharusnya tidak langsung dipercaya masyarakat. Ia pun kembali menegaskan bahwa semua negara termasuk Israel dan AS sama-sama melakukan imunisasi.
“Mereka sama-sama menggunakannya dan anak-anak mereka sehat sehat cerdas,” terang Soedjatmiko.
Terakhir, kata Soedjatmiko, banyak orang yang menilai dengan hanya menggunakan ASI dan obat herbal bisa melindungi kekebalan tubuh. Menurutnya, penggunaan hal demikian tidak cukup untuk diterapkan bagi masyarakat. Ia berpendapat imunisasi harus terus berjalan meski sudah diberikan ASI dan sebagainya.