REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola Hotel Bidakara mengakui langit-langit di ruang Birawa roboh saat peristiwa kebakaran yang terjadi Jumat (1/5) lalu. Namun hal tersebut terjadi bukan karena jilatan api, tapi sistem pencegah kebakaran yang ada di ruang Birawa membuat seperti itu.
Antonius Eko, General Manager Hotel Bidakara memaparkan, ruangan Birawa memiliki sprinkler dengan jenis head system. Yakni ketika sprinkler mendeteksi suhu panas tertentu, akan otomatis mengeluarkan air. Namun air yang dikeluarkan mengarah ke atas, membasahi eternit ruangan.
"Karena basah itulah eternit jatuh untuk dapat melokalisir api. Jadi tidak benar kalau disebut sprinkler tidak berfungsi," ujar Antonius.
Asap, jelas Antonius, sangat pekat kala itu. Karena bahan-bahan yang terbakar terbuat dari material campuran kimia seperti styrofoam dan satin. Itulah yang membuat asap sangat pekat.
"Saya sendiri ada di lokasi dan ikut melakukan evakuasi serta pemadaman. Memang jarak pandang jadi nol," kata dia.
Karena itu pula tim dari Dinas Pemadam Kebakaran yang tiba memutuskan membongkar atap gedung.
"Sebenarnya kita ada empat pintu yang bisa dibuka. Tapi kita paham bahwa apa yang dilakukan tim pemadam agar asap dapat segera keluar," kata dia.
Saat ini Antonius mengatakan pihaknya masih menunggu hasil dari tim Puslabfor Polres Jakarta Selatan.