Rabu 06 May 2015 11:03 WIB

Ini Jawaban Kabiro Pers Istana Soal Dugaan Intimidasi Wartawan

Pemukulan terhadap wartawan masih saja terjadi.
Pemukulan terhadap wartawan masih saja terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden Albiner Sitompul meminta maaf sekaligus mengklarifikasi dugaan intimidasi terhadap salah seorang wartawan dalam kunjungan kerja Presiden di Yogyakarta pada 4 Mei 2015.

"Terlebih dulu saya meminta maaf atas terjadinya kesalahpahaman dengan jurnalis media nasional suara.com atas nama Wita Ayodya Putri," kata Albiner Sitompul dalam keterangan pers, Rabu (6/5).

Menurut Albiner, sebelum wawancara "doorstop" dengan Presiden Joko Widodo, ia sudah menginformasikan kepada para wartawan yang meliput Peluncuran Listrik Nasional 35 Ribu Megawatt di Pantai Gowa Cemara, Desa Gadung Sari, Senin (4/5).

Ia mempersilakan wartawan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Peluncuran Program Listrik 35 ribu MW kepada Presiden.

Setelah itu ia melapor kepada Jokowi dan kemudian Jokowi menghampiri para wartawan yang sudah siap di posisi.

"Setelah itu, saya mundur ke belakang, tepatnya di barisan rombongan para menteri Kabinet Kerja," katanya.

Setelah wawancara berjalan sekitar lima menit, Albiner mengaku bergeser ke posisi samping kiri depan Jokowi untuk mengisyaratkan waktu wawancara telah selesai karena Presiden akan meninggalkan tempat acara.

Saat itulah, kata Albiner, ada seorang wartawati yang berucap, "Pak". Albiner mengakui ia langsung menyela ucapan wartawati itu dengan pertanyaan, "Mau nanya apa?"

"Dia menjawab masalah buruh. Terus saya ingatkan pertanyaan diharapkan sesuai dengan konteks kegiatan, sesuai dengan imbauan yang saya sampaikan di awal sebelum "doorstop"," katanya.

Ia pun mengklarifikasi penilaian AJI dirinya menghambat wartawan menjalankan tugas-tugas jurnalistik, mengintimidasi, mengecam, dan meneror wartawan.

"Melalui klarifikasi ini juga, saya ingin menjelaskan soal mengapa saya meminta wartawan bertanya sesuai konteks kegiatan. Hal ini dilakukan agar Bapak Presiden Joko Widodo sebagai narasumber siap menjawab pertanyaan. Tapi, jika kemudian, setelah pertanyaan terkait agenda tersebut sudah dijawab Presiden, dan Presiden berkenan menjawab pertanyaan di luar konteks, tidak ada persoalan," ujarnya.

Sebelumnya, AJI Yogyakarta melayangkan protes atas peristiwa tersebut. Protes juga disampaikan oleh IJTI Papua dan Papua Barat.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement