REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aburizal Bakrie dinilai akan habis karir politiknya jika tidak memimpin partai beringin. Karena itu, dia mati-matian mempertahankan posisinya di partai tersebut.
"Mau jadi apalagi dia. Hanya posisi Ketum Golkar yang membuatnya tetap eksis," imbuh Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC), Jahyadi Hanan, saat dihubungi, Selasa (5/5).
Ical dinilainya tak akan melepaskan kekuasaan di partai tersebut, karena posisinya di Golkar dijadikan bargaining position. Ketika menghadapi pemerintah dan korporasi, Ical akan tetap berdiri tegak sehingga persoalan utang Bakrie group dan Lumpur Lapindo tidak diusik. "Disini Ical perlu mengamankan bisnisnya," ujar Jahyadi.
Kekuasaan di Golkar merupakan pemegang suara terbesar kedua di parlemen. Belum lagi kekuatan lobi partai ini yang cukup berpengaruh. Golkar bisa merangkul parpol lain untuk membuat keputusan politik.
Disisi lain, Jahyadi menilai Agung Laksono juga akan bernasib sama. Jika dia tidak memimpin Golkar, maka akan habis karir politiknya. Jahyadi menyarankan kedua pihak untuk duduk dengan kepala dingin agar dapat melahirkan win win solution.
Saat ini kedua pihak sedang bersengketa di PTUN. Sidang ini mempersoalkan SK Menkumham yang memenangkan kepengurusan Kubu Agung Laksono. Menkumham Yasona H Laoly menyatakan SK tersebut dibuat berdasarkan hasil Mahkamah Partai Golkar (MPG) yang memenangkan kubu Agung Laksono.