REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sebagai salah satu dengan perkembangan ekonomi terbaik, kota Makassar justru masih mempunyai sisi gelap yang sulit tersentuh. Salah satunya adalah menghilangkan kemiskinan terstruktural.
Kepala Dinas Sosial Makassar Yunuz menjelaskan, kemiskinan yang telah mendarah daging dari keluarga biasanya diturunkan dari orang tua mereka. Saking tidak adanya perubahan yang dilakukan anggota keluarga. Pada akhirnya mereka terus merasakan kemiskinan dan terlihat nyaman dengan hal tersebut.
"Memang harus ada pembinaan dan pelatiha dalam waktu panjang. Sehingga mereka baik orang tua maupun remaja memiliki pemikiran untuk mau merubah nasib," ujar Yunuz, Selasa (4/5).
Dinsos, menurut Yunuz bukan tanpa program untuk mengentaskan kemiskinan ini. Dia mengatakan, sejauh ini dinas sosial bekerja sama dengan dinas terkait terus berupaya memberikan pelatihan dan pemaparan agar mereka mau meninggalkan kegiatan di jalan untuk mencari uang. Terlebih untuk menekan anak kecil bersekolah pun, pemerintah kota cukup sulit karena keinginan sekolah kembali kepada anak serta keluarga mereka.
"Kita terus dorong agar tidak ada anak-anak beredar dan mencari nafkah. Tapi memang mereka yang mau untuk melakukan itu," lanjut dia.
Sementara untuk mengurangi angka keluarga miskin, Dinsos Makassar tak lelah berupaya dalam menstimulus orang tuan untuk memiliki skill guna bekerja lebih baik. Mulai dari menjahit, membuat makanan, maupun kerja di bengkel.
Dari data BPS kota Makassar, angka kemiskinan juga kian meningkat. Tahun 2008, angka kemiskinan di Makassar mencapai 177.064 jiwa. Angka ini mencapai 5,36 persen dari jumlah penduduk. Selang lima tahun tepatnya tahun 2013 angka ini melonjak mencapai 273.231 jiwa.