Jumat 01 May 2015 14:56 WIB

2018, Bio Farma Targetkan Produksi Vaksin Tifus

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin
Foto: pixabay
Vaksin

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Perusahaan plat merah, PT Bio Farma terus mendorong terciptanya kemandirian vaksin di dalam negeri. Direktur Marketing Bio Farma, Mahendra Suhardono mengatakan untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, Bio Farma sedang mengembangkan vaksin tifoid atau tifus.

"Kami berharap dalam waktu dekat vaksin tersebut sudah bisa dinikmati masyarakat Indonesia," ujar Mahendra di Nusa Dua, akhir pekan ini.

Bio Farma menggandeng berbagai pihak dalam hal ini, di antaranya menerima teknologi transfer dari Sabin Vaccine Institute, dan kerja sama dengan Korea. Dengan terpenuhinya kebutuhan vaksin di dalam negeri, kata Mehendra, Indonesia akan mencapai kemandirian vaksin.

Vaksin tifoid konjugat tengah dikembangkan saat ini oleh Bio Farma. Tahapannya sudah sampai pada prauji klinis. Targetnya, vaksin tersebut sudah bisa digunakan secara menyeluruh di Indonesia pada 2018.

Dr. Bonita Efendi dari Universitas Indonesia memaparkan risiko kematian akibat tifoid di Indonesia mencapai 1,25 persen. Meski demikian, masih banyak provinsi di Indonesia yang sangat berisiko di atas batas rata-rata, bahkan mencapai 1,6 persen.

"Ada 12 provinsi, di antaranya Aceh, Bengkulu, Jawa Barat, Papua, Papua Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Timur," ujarnya dijumpai Republika.

Menurut Bonita, rendahnya kesadaran masyarakat terkait pola hidup bersih dan higienitas mendorong penyebaran infeksi akibat bakteri Salmonella typhi ini terbilang tinggi. Tak heran jika Indonesia dikategorikan daerah endemis tifoid. Ia mencontohkan, banyak masyarakat hidup di pinggiran kali, tidak rajin mencuci tangan, bahkan menggunakan air bekas untuk kebutuhan rumah tangganya.

Vaksin tifoid di Indonesia, kata Bonita sejauh ini masih belum diwajibkan penggunaannya. Pada praktiknya, tidak semua pasien mendapatkan vaksin tifoid, melainkan hanya mereka yang merasa membutuhkan.

"Secara pribadi, pemerintah perlu memasukkan ini ke dalam program nasional, sebab Indonesia kan negara endemis," kata Bonita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement