Jumat 01 May 2015 10:23 WIB

R80, Simbol Kemampuan Teknologi Dirgantara Anak Negeri

Rep: C14/ Red: Ilham
One of PT Dirgantara Indonesia is on display in an exhibition in Jakarta, recently. (illustration)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
One of PT Dirgantara Indonesia is on display in an exhibition in Jakarta, recently. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pesawat terbang dalam negeri sempat mangkrak pasca-terhentinya proyek pesawat N-250 buatan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Tepatnya setelah krisis moneter menimpa Indonesia pada tahun 1998, PT IPTN (yang kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia) praktis tidak lagi mendapat dukungan dari pemerintah.

Namun, harapan kebangkitan industri pesawat terbang nasional kini mulai mencuat. Adalah PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang menjadi penggeraknya.

Didirikan oleh mantan presiden BJ Habibie, PT RAI akan menambah daftar panjang pesawat terbang berlabel made in Indonesia. Salah satunya, pesawat terbang Regio Prop 80 (R80), yang diklaim dapat menjadi simbol berikutnya akan kemampuan teknologi dirgantara anak negeri.

R80 dirancang terutama untuk bandara tipe sedang yang banyak terdapat di Indonesia. Digerakkan oleh baling-baling, sehingga R80 mampu lepas landas dan mendarat di landasan pacu yang pendek dan bahkan berkerikil. Kapasitas R80 mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar hingga 90 orang. Pesawat terbang ini juga didukung teknologi komputerisasi mutakhir.

Komisaris PT RAI, Ilham Habibie menjelaskan, urgensi pesawat terbang dalam negeri tidak seperti negara-negara lain. Di Indonesia produksi pesawat terbang adalah industri yang strategis. Melihat lanskap Indonesia yang kepulauan, pesawat terbang semacam R80 merupakan alat transportasi yang tepat untuk menghubungkan wilayah antarpulau dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

"Ya, kalau menurut saya, pesawat itu amat penting untuk masa depan negara bangsa ini. Pertama, ini menunjukkan kepada dunia dan membuktikan kepada diri kita bahwasannya kita bukan hanya pasar dengan sekian juta konsumen, tapi kita juga produsen," ujar Ilham Habibie saat ditemui di sela-sela acara Malam Penganugerahan Tokoh Perubahan Republika 2014, di Jakarta, Kamis (30/4).

"Juga merupakan suatu simbol bahwa kita mampu. Kita harus pede akan kemampuan bangsa ini. Biarpun berkadar teknologi tinggi. Orang kita pintar, asalkan dikasih kesempatan," tambah Putra sulung BJ Habibie itu.

Ilham berharap pemerintah mendukung produksi R80 untuk mengubah posisi Indonesia sebagai pasar bagi produsen asing. Apabila impor ini tidak diantisipasi dengan tujuan jangka panjang, ujar Ilham, maka neraca dagang Indonesia akan minus, nilai tukar rupiah pun melemah, dan tidak tersedia lapangan pekerjaan bagi anak-anak bangsa dalam industri dirgantara.

"Harapannya, kita dapat dukungan. Dalam bentuk apa, itu yang sedang dibahas," kata dia.

Ilham tidak menampik adanya keinginan untuk menjadikan R80 sebagai Pesawat Terbang Nasional. Sebagaimana dalam industri otomotif pun belakangan ini mulai digalakkan lagi Mobil Nasional (Mobnas).

"Kami ini kan swasta. Ya tentu kami dengan senang hati berkolaborasi dan sudah berkolaborasi dengan pihak pemerintah. Bukan hanya pemerintah pusat, tapi juga daerah. Contohnya dengan Jawa Barat," tutur dia.

"Dan itu tidak berhenti insya Allah dengan R-80. Berikutnya kita harus lebih banyak berani untuk mengembangkan produk-produk kita sendiri. Jangan kita impor terus," pungkasnya. (c14)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement