REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, mengungkapkan, kepentingan ekonomi beberapa negara yang warganya dieksekusi mati pada Rabu (29/4) pagi lebih besar. Karena itu, Indonesia tidak perlu khawatir dengan reaksi keras yang ditunjukkan sejumlah negara.
"Biarkan saja Australia menarik Dubesnya. Jika Perancis ingin lakukan hal serupa pun juga tidak jadi soal. Negara-negara itu memiliki kepentingan ekonomi yang jauh lebih besar di sini," paparnya saat dihubungi Republika Online (ROL), Rabu pagi.
Menurut Ikrar, jika ada tindakan yang lebih serius dari sekedar menarik duta besar pun, tidak perlu dikhawatirkan Indonesia. "Misalnya ada yang menutup perusahaannya, tidak masalah. Ada banyak negara lain yang ingin berinvestasi di Indonesia," lanjutnya.
Tindakan yang dilakukan Australia dan Perancis, dinilai hanya mementingkan pihak-pihak tertentu. Artinya, lanjut Ikrar, kedua negara berusaha membela warganya tetapi mengorbankan masa depan bangsa lain.
"Jika tindakan ini dikatakan barbar atau melanggar HAM, mari kita tengok, ada berapa individu di Indonesia yang masa depannya terdampak narkoba ?" imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Asutralia akan menarik duta besar mereka dari Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai rekasi atas eksekusi mati terpidana narkoba yang juga warga negara Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Sebelumnya, Presiden Perancis, Francois Hollande, sempat mengancam akan menarik duta besarnya jika Indonesia tetap mengeksekusi mati terpidana narkoba, Serge Areski Atlovi. Namun, sejumlah pihak meyakini bahwa ancaman Perancis hanya gertak sambal belaka.