REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Harga bahan bakar elpiji ukuran tiga kilogram di Kabupaten Wonogiri, Jateng, diluar batas normal. Konsumen membeli 'gas melon' ditingkat pengecer hingga Rp 25 ribu.
''Harga gas elpiji melon gila-gilaan. Mencapai Rp 25 ribu. Apa ini gak edan,'' ujar Suharti (47), pemilik warung makan di Desa Kaloran, Kecamatan Giritirto, Kabupaten Wonogiri, Rabu (29/4).
Menurut Suharti, harga 'gas melon' melon disamping mahal, juga sulit dicari dipasaran. Barang tidak mudah ditemukan ditingkat pengecer. Jakalapun ada, stok terbatas. ''Begitu ada barang, langsung diserbu konsumen''. Jika ingin mendapat gas, harus mencari keluar wilayah.
''Saya sudah menghubungi lebih dari empat pengecer gas langganan, semua stok habis. Begitu ada barang langsung jadi rebutan,''ujar warga Kaloran, Kecamatan Giritirto, Kabupaten Wonogiri.
Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UMKM (Disperindagkop UMKM) Kabupaten Wonogiri, Guruh Santoso, menyatakan, wajar jika harga eceran menjadi tinggi. Ini karena terjadi migrasi atau perpindahan konsumen dari elpiji 12 kg ke tiga kg secara besar-besaran.
''Dari hasil kajian kami, dari total kebutuhan pelanggan sekitar 12 juta tabung per-tahun, baru tersedia sekitar 5 juta tabung pertahun. Atau baru 40 persen saja terpenuhi,'' ungkap Guruh.
Melihat kenyataan demikian, Pemkab Wonogiri akan segera mengirim surat permintaan penambahan kuota ke pihak Pertamina melalui Gubernur Jateng. Menurut Guruh, dalam Rakor Penanggalangan Kelangkaan LPG Bersubsidi dengan dinas terkait sudah disepakati penambahan pangkalan sebanyak 152 pangkalan.
Kini, total ada 750 pangkalan di Kabupaten Wonogiri. ''Kami berharap setiap desa, atau kelurahan minimal harus ada satu pangkalan. Jumlah pengecer lebih banyak lebih baik,'' katanya.