REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Uji coba pengolahan sampah dengan alat pembuat biogas bantuan dari GIZ Jerman dinilai membantu Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta dalam mengolah sampah. Alat yang mengolah sampah menjadi biogas itu rencananya diusulkan di tambah 8 unit di APBD Perubahan 2015 Kota Yogyakarta.
”Hasil evaluasi kami alat pembuat biogas itu mampu membantu dalam mengolah sampah. Termasuk memberikan pelajaran dan pemahaman ke masyarakat bahwa sampah bisa diolah menjadi biogas,” ujar Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan BLH Kota Yogyakarta Ika Rostika, Selasa (28/4).
Dari hasil ujicoba alat senilai Rp 15 juta itu mampu menampung sampah dapur rumah tangga sebanyak 20 kg. Sampah dapur diproses fermentasi alami yang dibantu dengan starter campuran kotoran sapi dan bakteri sebagai perangsang biogas. Untuk menghasilkan biogas sampah didiamkan antara 3 sampai 7 hari. Biogas akan ditampung dalam wadah khusus.
Hasil biogas itu disambungkan dengan kompor gas sehingga dapat dimanfaatkan untuk memasak. Satu unit alat pembuat biogas itu mampu untuk menyalakan kompor gas selama 2 sampai 3 jam. Namun kompor gas itu masih terbatas pada yang dihubungkan langsung dengan instalasi alat pembuat biogas.
”Bisa dua kompor gas. Tapi alat diterima diset untuk satu kompor gas yang instalasinya langsung ke alat pembuat gas. Ini bisa membantu dalam penggunaan gas untuk memasak,” katanya.
Satu alat pembuat gas itu kini ditempatkan di Kantor BLH dan kampung warga RW 4 Suryatamajan. Menurutnya sejak bantuan diujicoba sampai sekarang masih berfungsi terus menurus. Dia menyebut bantuan alat yang diberikan di Suryatamajan dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak kegiatan bersama masyarakat seperti kegiatan ronda keamanan warga.
”Rencananya di anggaran perubahan, kalau disetujui, kami akan ajukan 8 buah alat pengolah sampah menjadi biogas,” ujarnya.
Alat itu nantinya akan diperbantukan ke masyarakat. BLH akan menyeleksi masyarakat yang akan menerima bantuan itu agar alat yang diperbantukan benar-benar dikelola dan dimanfaatkan warga. ”Kami akan selektif. Jangan sampai alatnya nganggur atau mangkrak,” ujarnya.
Pihaknya mengakui pemanfaatan biogas dari sampah dapat lebih luas jika dibuat dalam bentuk pengolahan sampah secara komunal. Namun pengolahan sampah menjadi biogas secara komunal di Kota Yogyakarta terkendala pada lahan. Selain tempat, lanjutnya, masyarakat yang mengelola biogas komunal itu harus memiliki niat dan kesadaran karena setiap hari harus ada sampah yang diolah.
Sebelumnya Kepala BLH Kota Yogyakarta Irfan Susilo mengatakan akan mengkaji alat pembuat biogas yang lebih murah. BLH akan bekerja sama dengan para perguruan tinggi untuk menghasilkan perangkat pengolah sampah menjadi biogas itu.
”Melalui perangkat yang lebih murah harapannya dapat dijangkau skala rumah tangga. Tujuan pengolahan sampah organik menjadi biogas untuk menekan volume sampah rumah tangga dan menjadi contoh sampah mampu didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat,” katanya.