REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai alasan pembangunan gedung baru DPR, untuk menyediakan fasilitas bagi perpustakaan modern dan lengkap, adalah alasan klise.
Peneliti ICW, Donal Fariz menilai tidak tepat jika ingin membangun perpustakaan modern yang lengkap, harus membangun gedung baru. Sebab menurutnya di era digital saat ini, hal itu bisa dilakukan dengan membuat database sistem online.
"Kalau mau mendukung data tidak lerlu bangun gedung, cukup bangun sistem database saja dengan sistem online," katanya kepada Republika, Senin (27/4).
Menurutnya, penyimpanan data dan arsip melalui gedung perpustakaan merupakan cara berpikir yang kontraproduktif. Padahal bisa dimudahkan dengan perpustakaan berbasis online.
Ia menyebutkan dengan ini pemerintah tidak perlu menghabiskan biaya anggaran besar untuk proyek gedung baru.
Cukup hanya 2-3 orang yang mengoperasionalkan lewat teknologi informatika. Ini dirasanya lebih modern ketimbang sebuah gedung.
Sebelumnya anggota Komisi I DPR RI Syaiful Bahri Anshori mengatakan pembangunan gedung baru ini untuk membuat DPR lebih maju dan modern. Oleh karena itu, Donal membantah alasan memodernkan dan memajukan DPR yang dianggapnya klise.
Majunya legislatif bukan dilihat dari fisik tapi kinerja para wakil rakyatlah yang harus ditingkatkan. Selain itu Ketua DPR RI Setya Novanto mengungkapkan pada Jumat (25/4) tujuan rencana ini ingin membuat gedung DPR sebagai ikon naisonal.
"Saya tidak melihat adanya urgensi dalam pembangunan gedung baru," tegas peneliti ICW itu.