Selasa 28 Apr 2015 07:06 WIB

'Indonesia Keluar dari Mulut Barat Masuk Mulut Cina'

Rep: c87/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Jokowi dan Presiden RRC Xi Jinping menyaksikan penandatanganan MoU oleh Menteri BUMN dan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan RRC, di Jakarta, Rabu (22/4).
Foto: Setkab
Presiden Jokowi dan Presiden RRC Xi Jinping menyaksikan penandatanganan MoU oleh Menteri BUMN dan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan RRC, di Jakarta, Rabu (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  – Niatan untuk meninggalkan IMF (International Monetary Fund) dan Bank Dunia dinilai hanya sebatas retorika. Anggota DPR Faksi PKS, Ecky Awal Mucharam menyatakan Presiden RI Joko Widodo yang di forum peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta, belum lama ini, berteriak agar meninggalkan IMF dan Bank Dunia, ternyata mengambil pinjaman dari Cina sebesar Rp 647 triliun.

Anggota Komisi XI DPR RI tersebut meminta pemerintah RI untuk berhati-hati melakukan kerjasama, apalagi bersifat pinjaman kepada Cina. Ecky mengambil perumpamaan hal yang dilakukan Pemerintahan Jokowi sebagai, keluar dari mulut Barat, masuk ke mulut Cina. Dia mengaku punya alasan kuat mengapa pemerintah harus berhati-hati menjalin kerjasama dengan Cina.

“Jangan sampai terulang pengalaman buruk seperti proyek pembangunan pembangkit listrik  Fast Track Program (FTP) 10.000 MW tahap pertama terulang lagi. Faktor kapasitas dari proyek tersebut sangat rendah, hanya 35-50 persen, seperti yang dilaporkan pejabat Bappenas,” ujar Ecky dalam siaran pers, Senin (27/4).

Dia juga menunjuk kasus pembelian bus TransJakarta karatan dari Cina yang kasusnya kini masih mengendap. Menurutnya, pemerintah harus belajar dari pengalaman tersebut dengan memperbaiki syarat dan ketentuan kontrak, serta melakukan pengawasan yang ketat dalam eksekusinya.

Seperti diketahui, peringatan KAA menjadi momentum bagi penguatan kerjasama bilateral antara pemerintah RI dengan Cina. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Xi Jinping di sela-sela KAA memastikan bahwa Cina akan mendapat jatah proyek infrastruktur, antara lain pembangunan 24 pelabuhan dan 15 bandar udara, pembangunan jalan sepanjang 1.000 km, pembangunan rel kereta api sepanjang 8.700 km, serta pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW. Selain itu, Cina juga akan terlibat dalam pembangunan jalur kereta supercepat Jakarta-Bandung dan Jakarta-Surabaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement