REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan gedung baru DPR kembali digaungkan anggota dewan setelah sebelumnya pada 2010 pernah gagal terealisasi. Gagasan ini juga kembali menuai protes dari berbagai kalangan.
Anggota Komisi I DPR RI, Syaiful Bahri Anshori meminta masyarakat tidak melihat dari pembangunan fisik dan biaya semata. Namun, perlu melihat dari segi manfaatnya yang dirasanya sangat penting bagi kemaslahatan anggota dewan dan masyarakat umum.
"Jangan melihat hanya fisiknya saja, tapi perlu dilihat fasilitas itu untuk kepentingan menyimpan sesuatu yang punya nilai historis dan sejarah," kata Syaiful saat dihubungi ROL, Senin (27/4).
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjelaskan anggota dewan serius terhadap sesuatu yang berhubungan dengan sejarah untuk bangsa. Terutama dalam hal mendokumentasikan dan menyimpan sesuatu yang bersifat historis tentang parlemen di Indonesia.
Ia berharap fasilitas museum dan perpustakaan yang akan dibangun ini bisa berfungsi tak hanya bagi anggota dewan tapi juga masyarakat luas. Perlu adanya tempat yang dapat mempresentasikan dokumen historis yang menyangkut parlemen sejak awal yang masih otoriter hingga saat ini yang menjunjung demokrasi.
Pembangunan ini,dinilainya menjadikan DPR sebagai tempat yang representatif untuk menyimpan arsip bersejarah sehingga akan sangat terbuka bagi khalayak umum ke depannya. Buku-buku politik dan amandemen undang-undang bisa dibaca untuk meningkatkan kualitas anggota dewan dan masyarakat juga.