REPUBLIKA.CO.ID, UNGGARAN -- Ribuan orang melaksanakan aksi bersih-bersih gulma enceng gondok di Danau Rawapening, Bawen, Kabupaten Semarang, pada Ahad (27/4). Relawan lintas komunitas dan berbagai organisasi profesi tersebut bergabung dalam aksi bersama ‘Gugur Gunung Resik-Resik Rawapening’ yang dipusatkan di Dusun Sumurup.
Relawan yang turut dalam aksi ini terdiri dari anggota TNI, Polri, mahasiswa, pencinta alam, pegiat lingkungan hingga petani dan masyarakat yang bermukim di sekitar Rawapening. Salah seorang peserta, Wawan (38) mengaku tertarik bergabung dalam kegiatan ini. Karena permasalahn pelik yang dihadapi masyarakat Rawapening.
Populasi enceng gondok yang sangat pesat membuat sedimentasi di danau alam ini juga semakin cepat. Sehingga sangat menggangu produktivitas perikanan dan pertanian. Sedimentasi sangat mempengaruhi populasi ikan dan bagi pertanian, sedimentasi rawa ini mengakibatkan sawah terendam air.
"Belum lagi, enceng gondok juga sarang hama tikus," katanya.
Sementara itu, proses pembersihan rawa dilakukan dengan menggiring gulma enceng gondok yang berada d tengah- tengah rawa menggunakan speedboat dan perahu tempel. Setelah sampai di tepian rawa, enceng gondok ini diangkat dan dikumpulkan dalam satu kawasan oleh para relawan.
Sebagian lainnya mengangkat enceng gondok untuk dikumpulkan didaratan Ketua panitia Gugur Gunung Resik-Resik Rawapening, Prapto Nugroho mengamini kondisi Rawapening yang sudah semakin memprihatinkan. Sedimentasi dan populasi enceng gondok kian menjadi ancaman sosial.
Karena kian mengancam mata pencaharian warga. Baik mata pencaharian nelayan maupun para petani di Rawapening. Makanya aksi bersama ini dilakukan.
"Tujuannya untuk membantu mengurangi populasi enceng gondok, sekaligus membangkitkan semangat gotong royong sebagai salah satu nilai-nilai luhur di masyarakat," tegasnya.
Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Semarang, Ngesti Nugroho menyambut baik kegiatan para relawan ini. Menurutnya aksi ini diharapkan mampu membuka mata pemerintah yang selama ini dianggap kurang serius menangani Rawapening.
Sebab, seudah beberapa kali pemerintah berjanji akan menuntaskan permasalahan Rawapening ini. Namun janji penanganan ini tak kunjung terealisasi. Di lain pihak persoalan lingkungan di danau alam ini sudah semakin kompleks.
"Tak hanya pendangkalan namun juga polusi oleh sampah- sampah domestik," ujarnya.
Tokoh masyarakat Ambarawa, The Hok Hiong menambahkan, mengutip sebuah penelitian Rawapening pada tahun 2021 akan berubah menjadi daratan.
"Kekhawatiran ini sangat beralasan jika Pemerintah pusat tidak segera mengambil tindakan cepat dan tepat dalam menangani persoalan lingkungan yang terjadi," katanya.