Ahad 26 Apr 2015 17:37 WIB

NU Surabaya Cari Pendamping untuk Risma

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
Tri Rismaharini - Walikota Surabaya
Foto: Republika/ Wihdan
Tri Rismaharini - Walikota Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Elektabilitas Tri Rismaharini sebagai calon Wali Kota Surabaya masih di atas angin. Dengan tingkat keterpilihan yang tinggi, banyak kubu politik di Surabaya berpikir ulang untuk menantang Risma di dalam kompetisi.

Atas dasar itu, Ikatan Sarjana Nahdlathul Ulama (ISNU) Surabaya hendak melakukan survei untuk menjaring figur yang dianggap pas mendampingi Risma dalam pemilukada mendatang. Ketua PC ISNU Surabaya, Rudy Akhwadi berpendapat, sosok Risma yang populis dan karakter kepemimpinan dia yang kuat sangat cocok untuk memimpin kota besar seperti Surabaya.

Hanya saja, menurut Rudy, Risma belum mendapatkan pendamping yang sesuai, yang bisa melengkapi gaya kepemimpinan dia yang cenderung kurang diplomatis. Rudy berpendapat, Risma perlu didampingi sosok wakil yang tenang dan bisa merangkul masyarakat dari sisi kultural dan spiritual. Kebutuhan itu berpotensi besar diisi kader NU.

“Kami sudah siapkan varibel kualitatif dan kuantitatif. Seleksinya tidak harus muncul dari ISNU, tetapi siapa pun tokoh Surabaya yang concern pada perubahan dan memiliki platform ke-NU-an yang kuat,” kata Rudy dalam diskusi “Evaluasi Pembangunan Surabaya Menyongsong Pilwali 2015” di Surabaya, Ahad (26/4).

Survei terhadap publik, menurut Rudy, akan dilakukan dalam waktu dekat. Saat ini, sudah ada tujuh nama dari ISNU maupun luar ISNU yang terjaring dan akan ditawarkan ke warga Surabaya.

Pengajar Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, Yazid Afandi sepakat kader NU bisa mendampingi Risma yang selama ini dia anggap kurang menyentuh kelompok santri. Padahal, di Surabaya juga banyak pesantren yang masyarakatnya bisa digerakkan, terutama di bidang ekonomi mikro.  

“Kita lihat, pembangunan perekonomian di Surabaya cenderung kapitalistik. Lebih mengutamakan pembangunan apartemen dan mal. Kelompok santri kurang terberdayakan dan cenderung bertahan hidup sendiri,” kata Yazid.

Sementara, pengajar Politik Universitas Airlangga, Fahrul Muzaqqi menilai, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Risma. Diantaranya adalah tindak lanjut penutupan Dolly dan pengelolaan Kebun Binatang Surabaya.

“Sejak ditutup, PSK Dolly ke mana-mana. Sekarang tidak terkontol dan menggunakan modus baru, melalui transaksi elektronik. Jadi E-Dolly,” ujar Fahrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement