Ahad 26 Apr 2015 12:05 WIB

Di Bandung Barat, Warga Mulai Kesulitan Peroleh Gas 3 Kg

Rep: c12/ Red: Satya Festiani
Gas ukuran 3 kg alias gas melon.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Gas ukuran 3 kg alias gas melon.

REPUBLIKA.CO.ID, BATUJAJAR -- Naiknya harga gas elpiji 12 kilogram ternyata berujung pada kelangkaan gas melon 3 kg di beberapa kecamatan di wilayah Bandung Barat, seperti di Kecamatan Padalarang dan Batujajar.

Salah seorang warga Padalarang, Iin Sumarni, mengaku kesulitan mendapatkan gas melon dalam beberapa pekan terakhir. "Kayaknya setelah harga gas yang 12 kg naik, banyak yang pindah ke gas 3 kg," ujar Iin, Ahad (26/4).

Padahal, lanjut dia, gas melon tersebut untuk warga menengah ke bawah. Menurut Iin, jika persoalan ini tidak diawasi pemerintah, maka warga lain seperti dirinya juga bakal kesulitan menggunakan gas melon 3 kg.

Sebab, menurut dia, naiknya gas 12 kg yang cukup signifikan itu membuat banyak masyarakat menengah memilih beralih ke gas melon. "Kalau langka begini kita jadi enggak bisa apa-apa, masak juga susah," tutur dia.

Di Batujajar, beberapa warga yang biasa menggunakan gas 12 kg mulai beralih ke gas 3 kg. Seperti Deden misalnya. Warga yang sudah tinggal di Batujajar sejak awal 90-an ini mengaku pindah ke gas 12 kg karena tingginya kenaikan harga gas 12 kg. Akibatnya, ia kini memilih menggunakan gas 3 kg yang harganya lebih terjangkau.

Selain Deden, warga Batujajar lainnya, Santi Widya, pun menggunakan gas 3 kg dalam kesehariannya sekarang. Padahal, sebelumnya, ibu rumah tangga ini selalu menggunakan gas 12 kg untuk keperluan dapurnya. "Pas harganya naik, saya pakai gas 3 kilo ini," ungkap dia.

Senada dengan Deden, Santi pun mengakui selisih harga gas 12 kg dengan 3 kg sangat jauh. Sehingga, ia lebih memilih gas yang harganya jauh lebih terjangkau. Padahal, jika pemerintah tidak menaikan harga gas 12 kg, ia tentu akan tetap menggunakan `gas tersebut dan tak akan beralih ke gas 3 kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement