Ahad 26 Apr 2015 06:40 WIB

Indonesia Contoh Ideal Islam Moderat

 Muhammad Arifin Ilham mengisi tausiah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Ahad (2/9).
Foto: Republika/Agung Supri
Muhammad Arifin Ilham mengisi tausiah di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Ahad (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai sebagai contoh ideal sebuah negara yang bisa mengembangkan Islam moderat, damai, dan membawa rahmat pada seluruh umat di dunia.

"Kondisi kehidupan agama Islam di Indonesia bisa menepis anggapan miring tentang Islam yang dinilai sebagai agama radikal seperti di Timur Tengah," kata Ketua PBNU Slamet Effendi Yusuf menyebut dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (25/4).

Berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia yang terdiri atas beragam agama, suku, dan ras menjadi negeri yang damai, tidak seperti di kawasan Timur Tengah. Slamet mengatakan, Islam di Indonesia bisa menjadi rahmat, bukan bencana bagi yang lain. Sebab, kata dia, Islam yang dikembangkan adalah Islam yang moderat, toleran, dan berimbang.

"Islam semacam inilah yang merupakan rahmatan lil alamin sehingga sekarang muncul pemikiran agar model kehidupan seperti ini bisa disebarluaskan menjadi tipe ideal peradaban dunia," katanya.

Menurut Slamet, umat Islam di Indonesia memahami keberadaan dirinya dan tidak melepaskan diri dari lingkungan, khususnya terhadap keberadaan NKRI. "Faktor itulah yang membuat Islam Indonesia bisa hidup rukun dan damai di negara yang terdiri atas beragam agama, suku, ras, dan lain sebagainya," katanya.

Selain itu, di Indonesia, keislaman dan kebangsaan dipahami secara bersama. Umat Islam Indonesia adalah orang Indonesia yang beragama Islam sekaligus orang beragama Islam di Indonesia. "Itu tidak bisa dipisahkan karena semangat keislaman itu sama dengan semangat kebangsaan," kata Slamet yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Kerukunan Umat Beragama.

Karenany, ketika Timur Tengah terpecah antara satu sekte dan yang lain, antara satu negara dan negara lain, umat Islam di Indonesia bisa hidup dalam kedamaian. "Kita bisa hidup dalam negeri kedamaian (darussalam) karena konteks kebangsaan kita sama dengan konteks keislaman," tutur mantan anggota DPR RI ini.

Meski begitu, Slamet mengingatkan perlunya mewaspadai kemunculan kekuatan-kekuatan yang mengacu secara politik kepada kelompok yang mengusung pemahaman bahwa Islam itu bersifat internasional, seolah-olah sebuah kekuasan berbau Islam itu harus bersifat global.

"Padahal, umat Islam itu sudah sangat arif dan memahami hal tersebut. Sejak awal penerapan keagamaan dalam konteks politik selalu dikaitkan dengan lokalitas," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement