REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Pengamat Internasional Teuku Rezasyah berpendapat mesranya Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Cina, Xi Jinping selama penyelenggaraan peringatan 60 tahun Konfrensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KAA), karena, Jokowi menilai Cina sebagai salah satu model terbaik bagi pembangunan ekonomi di Indonesia.
"Hal tersebut terlihat ketika Jokowi yang pernah secara langsung bertanya perihal saran pembangunan dari RRC," kata Teuku kepada Republika, Jumat (24/4).
Selain itu, sambung Teuku, harus diakui juga, terdapat peluang bagi sinergi dari Poros Maritim dengan Jalur Sutra. Meskipun harus dibuktikan dengan sebuah studi kelayakan, agar sinergi tersebut tidak menempatkan RI sebagai mitra yang lemah .
"Memang pendekatan Cina atas RI sangat intensif, karena pinjaman yang diberikan Cina memang lebih kompetitif dari pada kalangan Eropa dan Amerika," jelasnya.Oleh karena itu, tambah Teuku Cina sangat berkepentingan agar tidak kehilangan momentum.
Terkait dengan ada yang menyebut kemesraan kedua kepala negara itu membuka poros Jakarta-Peking menjadi semakin dekat, mantan staf presiden hubungan luar negeri itu mengelaknya. Menurutnya hal tersebut kurang simpatik karena memberikan kesan untuk melawan kalangan lain.
Sementara itu Pengamat Internasional lainnya, Dewi Fortuna mengatakan hubungan mesra Jokowi dan Jinping bukan berarti kebangkitan poros Jakarta - Peking waktu perang dingin. Karena Indonesia juga memiliki hubungan yang dekat dengan negara-negara mitra strategis lainnya. "Jokowi kan ke Tokyo sebelum ke Beijing dan bulan depan akan ke Washington," ucapnya.
Selain itu, Indonesia juga mengundang semua pihak yang punya modal dan berminat untuk investasi di Indonesia dalam skema saling menguntungkan.
Menurut Dewi, Cina merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia dan siap menanamkan modal untuk membantu membangun berbagai infrastruktur utama, terutama untuk membangun konektivitas maritim di Indonesia. Namun, sambungnya, Indonesia juga harus memastikan bahwa jalur sutra maritim Cina bersinergi dan tidak ada konflik dengan poros maritim Indonesia.