Kamis 23 Apr 2015 21:25 WIB

Menteri PPPA: Lawan Kekerasan di Sekolah

Rep: C34/ Red: Bayu Hermawan
Yohanan Yambise. (Tahta Aidilla/Republika )
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Yohanan Yambise. (Tahta Aidilla/Republika )

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Susana Yembise, berpesan kepada para pelajar untuk memerangi kekerasan di sekolah.

"Say no to violence. Katakan tidak pada kekerasan," ujarnya di depan ratusan siswa, saat meresmikan SMAN 29 Jakarta sebagai sekolah ramah anak, Kamis (22/4).

Menteri dan guru besar perempuan pertama dari Papua itu menyebutkan, kekerasan bisa berupa fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh staf pengajar maupun yang terjadi di antara siswa.

Ia mengimbau siapapun yang melihat atau mengalami kekerasan di sekolah untuk melapor kepada Pusat Penanganan Krisis Perempuan dan Anak (PPKPPA). 

Yohana menyayangkan masih banyaknya kasus kekerasan terhadap para perempuan dan anak, yang merupakan tujuh puluh hingga delapan puluh persen dari keseluruhan populasi rakyat Indonesia.

Ia berharap, diresmikannya SMAN 29 Jakarta sebagai sekolah ramah anak bisa mengurangi masifnya kasus-kasus kekerasan tersebut.

"Sejarah mencatat, inilah SMA negeri pertama di Indonesia yang menjadi sekolah ramah anak. Setelah diresmikan, berarti sekolah ini akan menjadi model percontohan untuk sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia," paparnya.

Sebelumnya, terdapat 38 sekolah dasar/menengah pertama negeri maupun swasta di seluruh Indonesia yang menyandang status sekolah ramah anak.

Penilaian dari Kementerian PPPA menunjukkan, SMAN 29 Jakarta layak menjadi sekolah menengah atas negeri pertama yang memenuhi syarat sebagai sekolah ramah anak.

Total terdapat 12 indikator sebagai sekolah ramah anak. Beberapa indikator tersebut di antaranya adalah tingkat kekerasan nol persen, menyediakan lingkungan yang nyaman untuk anak, dan memperhatikan hak-hak anak; yaitu hak untuk bermain, berpartisipasi, dan berekspresi.

"Kami sudah meninjau, memang tempatnya nyaman dan memenuhi syarat," kata Yohana.

Perempuan yang tiga puluh tahun mengajar di perguruan tinggi itu juga mengapresiasi persentase guru perempuan di SMAN 29 Jakarta. Dari 40 guru yang ada, 30 di antaranya adalah guru perempuan.

"Saya bangga. Beliau-beliau inilah para Kartini modern yang akan mengantarkan anak-anak Indonesia ke masa depan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement