REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Konferensi Asia Afrika (KAA) dinilai perlu konsisten dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Hal itu sesuai dengan isi pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam KAA 2015, Rabu (22/4) lalu.
“Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama,” ujar Jokowi, di depan sejumlah Kepala Negara dan delegasi KAA ke-60, Rabu (22/4).
Pengamat Timur Tengah Indonesian Society for Middle East Study (ISMES), Smith Al Hadar, mengatakan jika satu dari banyaknya negara anggota KAA tidak menyetujui kemerdekaan Palestina, maka perjuangan rakyat Palestina akan dirugikan.
“Ini menjadi masalah kalau anggota KAA tidak konsisten mendukung Palestina,” ujar Smith, saat dihubungi ROL, Kamis (23/4).
Ia menuturkan, sebelumnya tidak konsistennya negara anggota KAA terlihat saat Dewan Keamanan PBB melakukan pemungutan suara terkait pengajuan draf kemerdekaan Palestina. Saat itu, Nigeria yang merupakan salah satu anggota KAA dan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB memilih untuk abstain sehingga suara yang diperlukan Palestina menjadi berkurang.
“Sehingga Dewan Keamanan PBB tidak bisa mengadopsi draft kemerdekaan yang diajukan Yordania bersama Palestina,” kata dia.
Ia mengatakan, peringatan KAA ke-60 saat ini sudah seharusnya negara anggota KAA lebih meningkatkan komitmen yang dibangun sejak pertama kali KAA diadakan. Terlebih di antara negara-negara KAA lainnya, hanya Palestina yang belum mencapai kemerdekaan.