REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengalirnya pujian atas pidato Presiden Joko Widodo saat membuka peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika, justru mendapat kritik dari tokoh aktivis.
Hariman Siregar, tokoh aktivis Malapetaka Lima Belas Januari atau yang lebih dikenal dengan Malari, menganggap pidato Presiden Joko Widodo saat membuka Konderensi Asia Afrika pada Rabu (22/4), hanya kesia-siaan. Menurutnya, di tengah keadaan ekonomi nasional yang sedang terpuruk, Indonesia seharusnya bisa lebih fokus untuk melakukan berbagai pembenahan di dalam negeri yang sifatnya nasional.
Hariman menyatakan, sah-sah saja Indonesia mengadakan forum seperti itu saat keadaan nasional sedang dalam kondisi kuat. Namun, tidak tepat jika digelar sekarang yang kondisi nasionalnya sedang kesusahan. KAA, kata dia, hanya akan membuang-buang uang negara. "Tidak tepat buang-buang uang untuk KAA," kata dia.
Hariman juga mengatakan, kalau pengelompokan antar negara yang Indonesia ikuti sudah begitu banyak dan tumpah tindih, seperti G20 dan APEC. Disebutkan juga, Indonesia banyak menjadi bagian dari berbagai forum negara-negara Islam dan negara-negara Asia. Selain bersikap seperti kekurangan pasokan forum, hal tersebut menunjukkan kalau pemerintahan yang saat ini berjalan tidak fokus dalam bekerja.
Hariman menambahkan, Konferensi Asia Afrika saat ini tidak jelas tujuan yang ingin dicapai. Berbeda dengan KAA yang dulu yang menusung Blok Barat dan Blok Timur. Jika Konferensi Asia Afrika digelar, seharusnya hanya dilakukan untuk sekadar nostalgia belaka.
Perihal keberhasilan Presiden Joko Widodo menjalin berbagai kerja sama dengan banyak negara, Hariman yang ditemui Rabu, Hariman menuturkan kalau sejak dahulu investor juga sudah mau datang tanpa diundang. Hanya saja, lanjutnya, mereka menunggu berbagai masalah di dalam negeri mampu diselesaikan pemerintah, salah satunya adalah sistem birokrasi dan administrasi yang berbelit-belit.