REPUBLIKA.CO.ID MADRID -- Spanyol, Rabu, memanggil pulang duta besarnya di Karakas setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro melancarkan tudingan bahwa Madrid melakukan "terorisme" sementara perselisihan antara kedua negara memanas.
"Mengingat tingkat gangguan kata-kata yang saya lihat dari presiden Maduro, saya telah memutuskan untuk memulangkan duta besar kami dari Karakas untuk berunding," kata Menteri Luar Negeri Jose Manuel Garcia-Margallo, lapor AFP.
"Kata-kata yang digunakan oleh penguasa --tidak pernah oleh rakyat Venezuela-- benar-benar tidak bisa diterima," tambahnya.
Maduro menuduh pemerintahan Spanyol pimpinan Perdana Menteri Mariano Rajoy "mendukung terorisme" di Venezuela dan berada di balik "sebuah persekongkolan internasional untuk menggulingkan pemerintah". Ia mengatakan Rajoy merupakan bagian dari "kelompok (pemimpin-pemimpin) yang korup, bandit dan pencuri".
Spanyol dan Venezuela pada 15 April memanggil duta besar negara masig-masing di saat kedua negara saling melayangkan tuduhan-tuduhan seputar penindasan terhadap oposisi Venezuela serta "rasisme" dan "campur tangan" oleh Spanyol.
Perselisihan muncul setelah parlemen Spanyol mengesahkan sebuah langkah pada 14 April untuk mendesak Venezuela, bekas penguasa Spanyol, agar membebaskan pemimpin-pemimpin oposisi yang ditahannya.
Maduro mengecam langkah tersebut sebagai "tindakan penyerangan oleh kalangan elit Spanyol yang korup" dan menyebut Rajoy seorang "rasis".
Ketegangan meningkat terkait dukungan Spanyol terhadap tokoh-tokoh oposisi yang dipenjarakan, Antonio Ledezma, wali kota Karakas dan Leopoldo Lopez, seorang pemimpin politik.
Lopez dituduh memainkan peranan dalam aksi-aksi unjuk rasa mahasiswa menentang pemerintah yang menewaskan 43 orang tahun lalu.